KedaiPena.Com – Afrika dalam miniatur, julukan ini diberikan kepada Kamerun karena memiliki keragaman hampir semua bentang geologi serta budaya dari Benua Afrika.
Kamerun merupakan rumah bagi sekitar 200 etnis. Bentang alamnya terdiri dari pesisir pantai dan dataran rendah, area pegunungan dan hutan hujan, sabana dan juga gurun.
Gunung tertinggi di Afrika berdiri di kawasan pegunungan Kamerun, yakni Gunung Kamerun, yang merupakan gunung aktif dengan ketinggian 4,095 meter di atas permukaan laut.
Republik Kamerun ini terletak di Afrika Barat, sedikit di utara Khatulistiwa. Berbentuk menyerupai segitiga dengan luas area 475.440 km.
Ibukota Kamerun adalah Younde. Negara ini berbatasan dengan Nigeria di barat laut, Chad di timur laut, Republik Afrika Tengah di timur, Republik Kongo di tenggara, Gabon dan Guinea Khatulistiwa di selatan, serta Teluk Guinea di barat daya. Jika diperhatikan, bentuk dan luas negaranya mirip dengan Pulau Kalimantan.
Portugal memasuki Kamerun pada tahun 1472 dari Teluk Guinea dan menguasai kota-kota pelabuhan seperti Bimbia dan Douala. Portugal menamai daerah ini “Rio dos Camaroes” atau “Sungai Udang”, yang menjadi asal-usul penamaan Kamerun. Kaum Belanda, Inggris dan Jerman kemudian berdatangan ke Kamerun. Pada tahun 1884, Kamerun menjadi koloni Jerman.
Setelah Perang Dunia I, Kamerun dibagi menjadi teritori Prancis dan Inggris. Pada tahun 1960, bagian Prancis Kamerun merdeka sebagai Republik Kamerun. Setahun kemudian, bagian selatan dari Kamerun Inggris lebur dalam Republik Kamerun dan menjadi Federal Republik Kamerun. Pada tahun 1972, negara ini berubah nama menjadi Negara Kesatuan Kamerun, lalu berubah lagi menjadi Republik Kamerun pada tahun 1984, dan bertahan hingga sekarang.

Bagaimana Islam Berkembang di Kamerun?
Dari bukti arkeologis diketahui bahwa manusia telah mendiami Kamerun untuk setidaknya 50.000 tahun. Suku yang dikenal diantaranya adalah suku Sao, yang muncul di sekitar Danau Chad pada abad ke-5.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada abad ke-9 hingga abad ke-15, kemudian ditaklukkan oleh Kerajaan Kotoko, Kerajaan Kotoko menguasai utara Kamerun, Nigeria serta Chad selatan.
Pada saat itulah Islam mulai masuk ke Kamerun dan penduduk setempat mulai melakukan konversi ke Islam. Kerajaan Kotoko lalu bergabung dengan Kerajaan Bornu pada masa Rabih As-Subari di akhir abad ke-19, dan Islam terus berkembang.
Islam menjadi kekuatan besar di bagian utara dan tengah melalui penaklukan, imigrasi, dan perdagangan dari utara dan barat laut Afrika. Pembawa Islam yang paling signifikan berasal dari suku Fulani, yaitu suku yang menyebar di Afrika Barat dan Alrika Timur.
Suku Fulani memasuki Kamerun utara pada awal abad ke-18, dan dapat diterima oleh beberapa suku setempat. Pada suatu titik, suku Fulani merasa tertekan berada di bawah kepemimpinan nonmuslim, kemudian memutuskan untuk melakukan imigrasi di bawah kepemimpinan Usman.
Ekspansi suku Fulani menyebar hingga Kerajaan Bamoum di utara, sebuah kerajaan yang didirikan pada abad ke-17. Bamoum ini kemudian lebur dalam negara Kamerun. Islam memberikan pengaruh kuat di utara Kamerun.
Penduduk Kamerun memiliki kebebasan beragama, yang tercantum dalam Konstitusi Kamerun. Pada saat ini, lebih dari setengah penduduk Kamerun beragama Kristen, yang mayoritas tersebar di selatan dan barat Kamerun.
Pemeluk agama Islam sekitar 20%, yang mayoritas tersebar di utara Kamerun, mayoritas berasal dari suku Fulan serta Bamoum. Sisanya menganut kepercayaan animisme. Terkadang, ajaran agama disesuaikan dengan kepercayaan yang telah ada. Peramal (ngambe) dan sihir (muyongo) pun masih popular.
Kehidupan beragama berjalan dengan saling menghormati dan tidak ada laporan kerusuhan yang disebabkan faktor agama. Anda dapat menemukan masjid dan gereja yang lokasinya berdekatan. Masyarakat Kamerun terkenal dengan toleransi kehidupan beragama yang tinggi.
Sejak akhir tahun 2007, diberitakan penduduk di Desa Babanki Tungo, di Barat Daya Kamerun masuk Islam secara besar-besaran. Peristiwa ini termotivasi oleh pemisahan bayi kembar siam yang dilakukan oleh tim medis Arab Saudi, atas bantuan pribadi Raja Arab Saudi.
Kelahiran bayi kembar siam yang semula dikecam sebagai kutukan oleh masyarakat setempat, perlahan bisa dilihat sebagai anugerah. Pemerintah Saudi hingga kini membantu pembangunan sekolah Islam, masjid dan penopang kehidupan lainnya di desa ini.

Bulan Puasa yang Penuh Perjuangan
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, umat muslim di Kamerun menjalankan ibadah puasa seperti yang ditentukan oleh Al-Qur’an. Mereka tidak makan, tidak minum, tidak merokok, dan tidak melakukan hubungan seksual dari matahari terbit hingga matahari terbenan, memohon ampun, meningkatkan ibadah dan memohon petunjuk, serta menyucikan diri, lahir dan batin.
Suasana bulan Ramadan terasa cukup kental di lingkungan Briquetterie, tipikal pemukiman muslim. Sedangkan di kota besar seperti Douala dan Younde yang terletak di selatan Kamerun dimana kaum muslim bukan mayoritas, suasana baru terasa saat hari Id, di mana terlihat orang-orang memakai baju spesial aneka warna.
Lamanya waktu berpuasa di Kamerun seperti di Indonesia, karena letaknya yang dekat Khatulistiwa, yakni rata-rata mulai pukul 05.00 hingga pukul 18.00, bergantung pada lokasi kota.
Di kawasan utara di mana umat muslim banyak bermukim, kondisi iklim yang dekat gurun membuat puasa menjadi kegiatan yang penuh perjuangan.
Banyak orang yang menjadi sangat lelah dan berkurang produktifitasnya. Anda dapat menjumpai siswa yang tertidur di kelas pada bulan Ramadan.
Terdengar pula sapaan harian para muslim Kamerun yang saling menyemangati “Use. Kava balaiye. Kakara n’dara?” “Halo, selamat siang. Bagaimana puasanya?”
Beberapa kantor dan bisnis mengubah jam kerja harian. Jam kerja normal dari pukul 08.00 hingga 18.30, diubah menjadi pukul 07.00 hingga 16.00, untuk mengejar shalat berjamaah. Dari hari ke-20 bulan Ramadan, umat muslim lebih berkonsentrasi pada doa-doa malam yang berlangsung dari tengah malam hingga pukul 01.00 dini hari.
Kebiasaan menyediakan hidangan puasa juga merupakan hal yang lazim. Pada tahun 2010, seorang ibu rumah tangga memberikan hidangan puasa bagi 50 orang di rumahnya setiap malam. Dia percaya kemampuannya untuk melakukan hal ini adalah karunia kasih sayang Allah.
Kegiatan bisnis, terutama perdagangan, menjadi sibuk dan mencapai puncaknya pada bulan Ramadan. Pada tahun 2010, karena Idul Fitri yang jatuh pada awal September, berdekatan dengan persiapan masuk sekolah, kegiatan bisnis menjadi kian sibuk. Akhir bulan menjadi masa paling sibuk, karena kebanyakan orang baru menerima gaji.
Untuk menghindari komplikasi belanja di bulan Ramadan, terutama akhir Ramadan, banyak orang sudah mulai melakukan persiapan sekolah serta membeli baju baru sebelum bulan Ramadan tiba.
Makanan pokok masyarakat Kamerun bervariasi dari daerah ke daerah, tergantung pada iklim dan tanaman agrikultur yang tumbuh secara lokal.
Secara umum, makanan pokok yang tawar dihidangkan dengan saus berbumbu dan seringkali pedas. Daging yang ditusuk seperti sate, ikan goreng maupun panggang, kari dan sup adalah hidangan yang umum.
Makanan pokok di Kamerun bagian utara adalah jagung, padi-padian, dan kacang tanah. Sedangkan di Kamerun bagian selatan adalah beras, singkong, ubi serta pisang tanduk. Dari ketiga bahan ini, ditumbuk sedemikian rupa lalu dibentuk bola yang dinamakan fufu, sebagai makanan pokok Fufu ini lalu dicelup ke dalam saus yang biasanya dibuat dari daun singkong, okra dan tomat.
Buah segar ber-limpah di Kamerun, seperti mangga, jeruk, pepaya, pisang, nanas, kelapa, jeruk, dan lemon. Selama bulan Ramadan, makanan yang sering disajikan adalah makanan pokok dengan aneka sup.
Campuran masakan dengan pisang juga lazim ditemui di Kamerun. Hidangan istimewa pada hari raya Idul Fitri adalah masakan daging domba.

Id Mubarak
Di penghujung Ramadan, ada sebuah tradisi unik juga di kalangan wanita muslim Kamerun, yakni menghias tangan dan kaki dengan henna. Henna adalah sejenis pewarna kulit dari tumbuhan yang tembus air, khas Afrika dan Timur Tengah.
Akhir bulan Ramadan biasanya ditandai dengan semaraknya dekorasi henna yang menghiasi tangan dan kaki para wanita. Selain itu aktifitas belanja akan meningkat, mulai dari membeli bahan makanan, baju dan sepatu, serta kebutuhan rumah tangga.
Aktivitas transportasi juga meningkat, seiring dengan kepulangan orang-orang yang bekerja di luar kota ke kampung halaman. Biasanya orang akan pulang ke kampung halaman dengan membawa oleh-oleh baju baru untuk sanak keluarga: istri, anak (rata-rata tujuh anak per keluarga), sepupu, keponakan, keluarga besar, hingga untuk tetangga.
Hari Idul Fitri sangat ditentukan dengan terlihatnya hilal. Pengamat hilal akan menghubungi kepala desa jika hilal sudah terlihat, untuk menginformasikan berakhirnya bulan Ramadan. Kepala desa lalu melepaskan dua tembakan pistol ke udara, untuk memberitahukan desanya bahwa hilal sudah terlihat dan menandakan keesokan harinya adalah Idul Fitri,
Penduduk desa, terutama anak-anak akan menyambut informasi ini dengan sangat girang. Pasar khusus yang menyediakan aneka baju warna-warni dan sepatu kemudian digelar di pusat desa malam Idul Fitri. Perempuan akan mengenakan baju dua bagian: atasan dan rok, serta penutup kepala yang diikat dan laki-laki menggunakan tunik panjang.
Hari Idul Fitri merupakan hari libur nasional di Kamerun. Penduduk setempat melakukan shalat Idul Fitri secara bersama di masjid maupun di lapangan yang luas, dengan saf laki-laki dan perempuan yang terpisah.
Setelah melaksanakan shalat id, kepala desa akan menyembelih domba yang dipersembahkan untuk seluruh desa. Setelah penyembelihan domba milik kepala desa selesai, para jamaah pulang ke rumah, dan menyembelih domba masing-masing untuk keluarganya.
Setiap muslim laki-laki, jika mampu secara finansial, akan memotong domba saat Idul Fitri, Daging domba selain dinikmati bersama keluarga, juga akan dibagikan kepada tetangga dan teman, sebagai simbol penghormatan dan mengembangkan jiwa memberi. Kebanyakan penduduk tidak memiliki kulkas, hingga sisa daging domba akan dipanggang, lalu disimpan.
Mereka akan memakan domba hari-hari berikutnya hingga daging domba habis. Pada hari Idul Fitri ini, orang akan saling memberi ucapan “Id Mubarak”.
Laporan: Tim Kedai Pena