KedaiPena.Com – Brunei Darussalam adalah sebuah negara tua di antara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada catatan Arab, Cina dan tradisi lisan.
Dalam catatan sejarah Cina, Brunei dikenal dengan nama Po-li, Po-Io, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenal dengan Dzabaj atau Randj.
Brunei Darussalam yang terletak di Pulau Borneo atau Kalimantan, menjadikan Islam sebagai sendi-sendi kehidupannya. Hal ini bisa kita Iihat dari falsafah negaranya ”Melayu Islam Beraja”.
Brunei Darussalam merupakan negara kecil yang turun-temurun oleh seorang sultan. Saat ini diperintah oleh Sultan Haji Hassanal Bolkiah (Sultan Brunei ke-29) yang juga merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Sultan juga merangkap pula sebagai perdana menteri, menteri pertahanan, menteri keuangan, dan kepala agama Islam.
Brunei Darussalam yang juga dikenal sebagai ‘Adobe of Peace‘ atau ‘Ranah Semayam Nan Damai‘ ini mempunyai luas 5.765 km persegi. Terdiri dari empat wilayah pemerintahan Brunei Muara, Tutong, Belait dan Temburong.
Tiga wilayah, yaitu Brunei Muara, Tutong dan Belait terletak di bagian barat yang merupakan dataran rendah berawa-rawa. Wilayah inilah yang paling banyak dihuni, yakni sekitar 97%. Sedangkan daerah Temburong terIetak di bagian timur yang terpisah oleh Sarawak (Malaysia).
Memiliki ibu kota Bandar Seri Begawan, Brunei berbatasan wilayah di sebelah utara dengan Laut Cina Selatan, selatan dengan Serawak (Malaysia), barat dengan Selat Malaka dan timur dengan Sabah.
Negara ini beriklim tropik khatulistiwa dan cenderung lembab. Hujan turun sepanjang tahun dan matahari bersinar terik.
Populasi Brunei berjumlah 338.400 orang, 60% di antaranya adalah Muslim dan lainnya beragama Buddha, Kristen, Hindu dan animisme 2%.
Sedangkan etnis yang ada di Brunei 66 persen adalah etnis Melayu, 15% etnis Cina, 6%, suku asli Brunei 7% dan sisanya suku lainnya. Etnis Cina-lah yang memegang peranan penting dalam perekonomian.
Pendapatan perkapitanya tertinggi di dunia dengan hasil buminya minyak dan gas cair. Gas alam cair diekspor ke Jepang dan Korea, sedangkan minyak mentahnya diekspor ke Indonesia, Thailand, Amerika dan pasar internasional.
Islam di Brunei
Kesultanan Brunei sudah ada pada abad ke-7 dan ke-8 dan pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Sementara, pengaruh Islam sampai ke Brunei diperkirakan tahun 1264 M atau lebih awal dari itu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan orang Islam yang bertuliskan tahun 1264 M.
Islam sampai ke Brunei dibawa oleh pedagang-pedagang Arab, Cina, India, dan Iain-Iain. Interaksi awal ini diperkirakan sekitar tahun 977 M. Penyebaran Islam pada masa ini masih sembunyi-sembunyi.
Namun pada tahun 1368, seorang sultan beragama Islam naik takhta, yaitu Awang Alak Betatar atau yang dikenal dengan nama Sultan Muhammad Shah.
Setelah itu perkembangan Islam menjadi semakin maju. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah, masjid mulai dikembangkan untuk kegiatan keagamaan. la pula yang meletakkan batu pertama dalam pembentukan kerajaan Islam di Brunei, bahkan sampai ke seluruh Borneo.
Brunei yang sebelumnya menganut agama Hindu sedikit demi sedikit mulai disinari Islam. Islam semakin berkembang ketika Sultan Sharif Ali naik takhta.
Dan pada masa pemerintahan Sultan Bolkiah, Sultan Brunei ke-5 (1485-1524), Brunei mencapai masa kegemilangannya. Daerah kekuasaannya mencakup seluruh Pulau Borneo, Pulau Palawan, Sulu, Balayan, Mindoro, Bonbon, Balabak, Balambangan, Bangi, Mantanai sampai ke Saludang. Kekuasaannya yang luas ini menjadikan Brunei sebagai pusat penyebaran Islam kala itu.
Namun, setelah itu Brunei mengalami masa kemunduran. Hal ini disebabkan adanya perebutan kekuasaan dan kedatangan ”pengembara-pengembara” dari Eropa yang memengaruhi semua segi kehidupan.
Ramadan di Brunei
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, seperti juga masyarakat muslim lainnya di dunia, kaum muslim di Brunei yang menganut aliran Ahlul Sunnah Wal Jamaah dengan mazhab Syafi’i juga menyambut Ramadan dengan suka cita.
Hal ini sudah dimulai sebelum Ramadhan datang, yakni di bulan Sya’ban. Masyarakat Brunei dan keluarganya mengadakan ziarah kubur. Mereka membacakan surat Yasin dan menyiram batu nisan dengan air bunga atau yang dikenal dengan istilah aing asah-asah.
Momen menyambut Ramadan juga digunakan oleh kerajaan untuk menjaga silaturahmi dengan rakyatnya. Setiap tahunnya sultan membagikan kurma nabi yang dipesan langsung dari Arab Saudi kepada setiap keluarga, baik itu warga asli Brunei maupun warga asing, untuk berbuka puasa.
Kurma dengan berat 1 kg ini dimasukkan ke dalam kotak dan diberi label ‘Kurma Kurnia Sultan’.
Penentuan awal Ramadan ditentukan dengan cara rukyat yakni dengan melihat bulan dengan mata telanjang. Tidak ada penghitungan dengan cara hisab.
Pusat perbelanjaan juga tidak kalah meriahnya menyambut Ramadan. Mereka menggelar diskon besar-besaran untuk masyarakat yang ingin berbelanja, khususnya untuk membeli keperluan menyambut Idul Fitri.
Ketika sahur datang, terasa tenang dan sunyi. Tidak ada bunyi-bunyian untuk membangunkan sahur seperti di Indonesia. Masjid-masjid baru beraktivitas menjelang shalat subuh.
Sama seperti halnya di Indonesia, untuk berbuka puasa terdapat pasar Ramadan. Pengunjung memadati pasar Ramadan, terutama di sekitar Stadion Nasional dan Gadong. Kita dapat menemukan berbagai macam makanan, baik itu makanan khas Melayu maupun dari negara lainnya.
Makanan khas Melayu seperti nasi ulam, nasi briyani, ayam percik, rendang banyak ditawarkan. Tak ketinggalan makanan khas Brunei yaitu ambuyat. Makanan ini terbuat dari tepung sagu dan bentuknya seperti lem dan dimakan dengan rendang, gulai, ikan, dan dengan sambal khusus. Rasanya enak.
Cara memakannya pun unik, memakai sumpit dan Iangsung ditelan, jangan dikunyah agar rasa uniknya terasa.
Makanan khas dari Indonesia pun tersedia seperti bakwan, gulai dan banyak Iagi. Jadi kalau rindu dengan makanan Indonesia, kita bisa berwisata kuliner di pasar ini.
Ada tradisi khas masyarakat Brunei selama bulan Ramadan yaitu sungkai atau berbuka di restoran. Jadi jangan heran ketika beduk berbunyi, restoran-restoran penuh dengan orang-orang yang akan berbuka puasa.
Untuk itu restoran-restoran selama bulan Ramadan menyediakan paket berbuka dengan harga yang terjangkau. Selain itu, masjid-masjid pun menyediakan menu untuk berbuka puasa yang semuanya didanai oleh negara dengan menu makanan khas Melayu.
Shalat Tarawih
Setelah berbuka puasa, masyarakat pun berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakan shalat tarawih. Shalat tarawih dilaksanakan setelah shalat isya, dengan jumlah 20 rakaat (10 kali salam), ditutup dengan shalat witir 3 rakaat (2 kali salam).
Khusus di Masjid Omar Ali, imamnya adalah seorang hafiz dan setiap malam selama bulan Ramadhan membaca satu juz Al Qur‘an sehingga selama Ramadan bisa mengkhatamkan Al Qur‘an.
Masjid Omar Ali sendiri adalah salah satu dari dua masjid berkubah emas 24 karat dan terletak di jantung kota Bandar Seri Begawan.
Masjid berkubah emas lainnya adalah Masjid Jame Asr. Kedua masjid ini sangat megah dan cantik.
Selama bulan Ramadan, lstana Nurul lman dibuka untuk umum. Masyarakat diberi kesempatan untuk shalat tarawih di masjid istana, tentunya setelah melaksanan di masjid-masjid lain.
Istana ini sangat megah dengan 1.778 ruangan dan dibangun di atas tanah seluas 120 hektar. Ada satu hal yang unik, yakni Atapnya yang menyerupai rumah gadang khas Sumatera Barat.
Aidil Fitri di Negeri Sultan
Aidil Fitri adalah salah satu hari paling penting dalam kehidupan muslim di Brunei. Di pagi hari, masyarakat muslim berbondong-bondong memenuhi masjid untuk melaksanakan shalat sunnah.
Setelah itu, keluarga berkumpul dan saling bermaaf-maafan. Sama persis dengan budaya di Indonesia.
Selama perayaan ldul Fitri, Anda akan melihat orang orang Brunei mengenakan pakaian tradisional. Baju koko, dengan celana panjang dan sarung yang melingkari pinggang.
Sementara kaum wanitanya mengenakan rok panjang, baju kurung dan jilbab berwarna-warni meriah. Kesempatan ini mereka gunakan untuk berkeliling, mengunjungi kerabat jauh dan tetangga.
Hidangan khusus di hari ini pun tak jauh berbeda dengan di tanah air. Ada sate sapi atau ayam, kebab kambing, lontong, rendang dan makanan menggiurkan lainnya.
Sultan Brunei juga membuka pintu-pintu Istana Nurul Iman dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkunjung.
Antrian panjang terlihat di istana, masyarakat dengan tertib menanti giliran berjabat tangan dengan sultan dan keluarga.
Ucapan ”Selamat Aidil Fitri” bertebaran di mana-mana. Nah, ingin juga ber-Aidil Fitri di Istana Sultan Brunei? Silakan berkunjung ke negeri ”Melayu Islam Beraja”.
Laporan: Muhammad Lutfi