KedaiPena.Com – Bosnia bernama resmi Republik Bosnia dan Herzegovina. Negeri ini memiliki luas wilayah 51.129 km persegi (atau 19.741 mil), terletak di Semenanjung Balkan, sebelah selatan Benua Eropa.
Penduduk Bosnia terdiri dari tiga kelompok etnik utama, yaitu etnik Bosnia, Serbia dan Kroasia. Pemerintahannya merupakan persekutuan dua wilayah yaitu Federasi Bosnia dan Herzegovina serta wilayah Republik Srpska.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Serbo-Kroasia (Bosnia). Penduduknya menganut agama Islam, Kristen Ortodoks dan Katolik Roma. Bosnia dibatasi oleh Kroasia di bagian utara, barat dan selatan, Serbia berada di sebelah timurnya, sedang Montenegro di selatannya.
Bosnia memiliki garis pantai sepanjang 20 km di pinggiran Laut Adriatik yang cantik. Negeri ini Memiliki deretan pegunungan indah dan beberapa sungai kecil.
Sebagian besar wilayahnya terdiri dari daerah dataran tinggi dan pegunungan, kecuali daerah Bosnia Utara yang merupakan dataran rendah. Sementara Bosnia Selatan dan Bosnia Tengah dimana terletak kota Sarajevo, ibukota Bosnia, merupakan daerah dataran tinggi dan pegunungan.
Setelah berulang kali berada di bawah berbagai kekuasaan, akhirnya, pada April 1992, rakyat Bosnia berhasil memperoleh kemerdekaan mereka, melalui pertumpahan darah dan upaya genosida Serbia.
Interaksi Bosnia dengan Islam
Letak Bosnia yang strategis di jalur perdagangan antar bangsa bisa dikatakan menjadi faktor yang ikut membuka peluang interaksi negeri ini dengan Islam. Kaum Ilyrian yang merupakan penduduk asli Semenanjung Balkan sudah berinteraksi dengan pedagang-pedagang dari Arab, Turki dan Persia sejak lama.
Bukti arkeologis berupa ditemukannya kepingan uang ogam perak dan emas dari Arab membuktikan hal ini. Begitu juga kisah-kisah perjalanan yang ditulis di masa itu telah menyebutkan interaksi dan kerja sama antara pedagang muslim dengan orang-orang asli Semenanjung Balkan.
Pedagang muslim bukan hanya berdagang, namun juga membawa pandangan dan budaya baru bagi penduduk Balkan. Beberapa pedagang bahkan tinggal menetap di wilayah Balkan dan melakukan asimilasi dengan masyarakat setempat.
Selain itu, orang-orang Balkan pernah mengalami pemaksaan untuk memeluk agama tertentu hingga menimbulkan banyak pemberontakan dan peperangan pada abad ke-6 dan Islam yang datang dengan damai, merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka. Di samping itu, Imperium Byzantium yang menguasai semenanjung Balkan saat itu tidak mampu mengatasi pemberontakan dan peperangan.
Kondisi ekonomi yang carut-marut karena peperangan yang terus-menerus ditambah tekanan agama menyebabkan daya tarik Islam menjadi semakin besar. Persamaan hak dan kewajiban yang ditawarkan Islam juga mampu membuat mereka memeluk Islam dengan suka rela.
Ketika Kekhalifahan Turki Usmani memperluas wilayah kekuasaan hingga ke wilayah Balkan, Islam menjadi semakin berkembang pesat di Bosnia. Semenanjung Balkan adalah daerah kedua di Eropa Selatan yang menerima ajaran Islam dengan baik.
Sejak awal abad ke-15 hingga awal abad ke-20. Turki Usmani memerintah sebagian besar wilayah Balkan dengan penuh kedamaian. Meninggalkan pengaruh yang cukup mendalam di daerah ini. Bukti kejayaan lslam di sini masih bisa kita temukan dalam peninggalan berupa buku dan pusat-pusat kegiatan agama.
Setelah selama bertahun-tahun ditindas oleh kekuasaan komunis, orang-orang Bosnia sedikit asing dengan agama lslam. Bagi kebanyakan mereka, agama menjadi sesuatu yang hanya dinikmati atau dijalankan saat hari besar, diluar itu mereka enggan menampakkan identitas mereka sebagai seorang muslim.
Ramazan Meriah di Bosnia
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, bulan Ramadan (orang Bosnia menyebutnya Ramazan) adalah bulan yang dinanti bagi semua muslim, tak terkecuali orang Bosnia. Mereka mempersiapkan kedatangan bulan ini dengan baik, dan merencanakan kegiatan untuk mengisi hari-hari di bulan ini. Semua menjadi lebih hangat, santun dan peka, bersedia menolong siapa pun.
Saat sahur, orang Bosnia menyebutnya suhur, telepon ramai berdering. Semua orang berusaha saling membangunkan teman atau keluarganya. Selain itu, di beberapa tempat yang berkeliling untuk membangunkan orang lain. Mirip suasana sahur di Indonesia.
Hidangan favorit yang akan disajikan meja makan mereka adalah kue lezat berbentuk bulat, yaitu kue somun. Kue ini terbuat dari adonan tepung, dicampur gula, garam dan air hangat. Di atasnya ditaburi jintan hitam dan beberapa lembar rumput laut.
Ketika diangkat dari panggangan, kue ini mengeluarkan bau khas yang sangat lezat. Somun enak dimakan selagi hangat. Karena itu, antrian panjang di toko pembuat somun akan terjadi beberapa saat sebelum berbuka atau menjelang fajar.
Dahulu, orang-orang melalui hari-hari Ramadan dengan berdoa dan shalat di mekteb (musholla), serta pergi ke sekolah Al Quran. Masjid besar hanya digunakan untuk shalat Jumat saja. Orang-orang Bosnia sangat suka berkumpul untuk berdoa dan berbuka bersama semua. Semua berebut mengundang para imam untuk berbuka puasa di rumah mereka.
Saat buka puasa ditandai dengan dentuman meriam yang menggelegar, lalu disambut lantunan azan. Sesaat kemudian, lampu lampu menghias menara, balkon dan etalase toko yang dinyalakan. Kota berhiaskan aneka karangan bunga segar dengan warna-warni ceria.
Orang-orang saling menyantap hidangan berbuka gratis yang disajikan restoran-restoran. Mereka mendoakan agar ibadah mereka diterima Allah SWT. Suasana kekeluargaa pun terbangun.
Apa yang dihidangkan di meja makan mereka saat berbuka? Menu utamanya tentu saja pita. Pita adalah roti tipis yang di tengahnya diisi daging, kentang, bayam Bosnia dan keju. Mirip roti burger, hanya pita rotinya sangat tipis.
Karena peternakan cukup maju di Bosnia, produk olahan melimpah negeri ini. Keju, mentega dan krim sangat diperlukan untuk bahan pembuatan aneka hidangan pokok mereka. Seperti topa, yang dibuat dari krim, mentega dan keju. Sup, kue pai dan hidangan penutup ala Turki sangat digemari di bulan Ramadan.
Sepanjang malam di bulan Ramadan, suasana terasa hidup. Setelah melakukan shalat tarawih, sebagian besar orang Bosnia pergi ke kafe atau kedai teh untuk mengobrol hingga menjelang fajar, suasana masih ramai.
Sesaat sebelum fajar, mereka makan sahur sekedarnya saja, kemudian menuju masjid dengan Al Quran di tangan masing-masing. Kaum perempuan juga berbondong-bondong ke masjid, mereka melantunkan Al Quran hingga waktu subuh tiba.
Usai shalat subuh, mereka melakukan doa dan zikir bersama. Lalu dilanjutkan dengan tradisi yang disebut muqabala. Orang-orang duduk bersamamembentuk lingkaran atau duduk saling berhadapan.
Seorang hafiz yang sudah ditunjuk piha pihak masjid akan memimpin membacakan satu sampai dua halaman Al Quran, dan dilakukan bergantian. Muqabala ini dilakukan sampai fajar di ufuk timur. Itulah saatnya mereka pulang ke rumah masing-masing dan melakukan aktivitas rutin.
Pascakonflik bersenjata di tahun 1990-an, terjadi peningkatan kesadaran beragama di kalangan muslim Bosnia. Saat Ramadan, masjid-masjid di Sarajevo dipenuhi jamaah yang ingin mendengarkan senandung Al Quran untuk mendengarkan ayat suci dari para hafiz, penghafal Al Quran.
Mendengarkan dan menambah hafalan Al Quran di bulan Ramadhan adalah sebuah tradisi yang sudah mereka lakukan sejak dahulu akan terus dilakukan.
Setelah dilanda begitu banyak konflik dan tekanan, Bosnia masih bisa bertahan sebagai sebuah bangsa. Itu karena puasa Ramadan dan ayat-ayat Al Quran. Ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca, hafalkan dan didengarkan pada bulan Ramadan memperkuat dan mengangkat moral orang-orang Bosnia. Ini yang membuat muslim Bosnia tetap mempertahankan hal ini di tengah kekuatan lain di Eropa, penindasan komunis dan kekuatan lain selama berabad-abad.
Ramadan bagi orang Bosnia juga dijadikan ajang untuk berkumpul bersama keluarga, momen untuk menghubungi orang-orang yang sebelumnya tidak terkomunikasi. Saat bersama dengan keluarga, haram membicarakan keburukan orang lain, bertengkar memojokkan. Semua orang berupaya membangun suasana penuh kasih sayang. Indah dan menyenangkan, bukan?
Ramazan Bairam, Puncak Kemeriahan
Puncak kemeriahan Ramadan di tanah Bosnia berada di tiga hari terakhir bulan suci ini. Kemeriahan berakhir di hari raya Idul Fitri yang disebut Bairam. Semua penduduk saling mengunjungi dan bertukar hadiah.
Di desa-desa, setelah shalat sunnah ldul Fitri (Bairam) penduduk mengundang orang-orang yang berasal dari tempat lain (atau yang sedang melakukan perjalanan) untuk ikut mencicipi hidangan Idul Fitri di rumah mereka.
Selepas saling mengunjungi, seluruh masyarakat akan bergabung dalam sebuah perayaan besar yang dilakukan dengan permainan dan nyanyian.
Para gadis memulai bernyanyi, diikuti oleh seluruh penduduk. Bahkan, tak jarang pertandingan atletik diadakan dihari Bairam ini. Pemenangnya akan menerima hadiah berupa pakaian indah yang dijahit oleh tangan terampil para ibu. Beberapa anak laki-laki juga disunat di hari Bairam. Wah, meriah sekali.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas