KedaiPena.Com – Kerajaan Bahrain terletak di Teluk Persia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Akan tetapi, dialek yang digunakan oleh penduduk setempat terbagi dua, Islam Syiah menggunakan dialek Arab Baharna dan Islam Suni yang menggunakan dialek Arab Teluk.
Negara ini berbentuk monarki konstitusional dengan pusat pemerintahan di kota Al Manamah atau seringkali disebut Kota Manama. Negara ini bukan penghasil minyak bumi dan gas alam. Letaknya yang strategis di Teluk Persia, membuat negeri ini sering dikunjungi wisatawan dari Asia, Eropa, dan sebagainya.
Islam masuk ke Bahrain pada abad ke-7. Awalnya masyarakat di negeri ini menyembah dewa-dewa atau biasa disebut aliran Paganisme. Lalu lslam masuk melalui utusan Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Al Ala’a Al Hadrami untuk Munzir At Tamimi, penguasa Bahrain saat itu.
Saat itu orang Arab orang di Bahrain dapat menerima Islam dengan baik. Tapi tidak dengan orang-orang Persia yang ada di sana. Pada akhirnya, Islam menjadi agama mayoritas Bahrain.
Namun, karena semakin banyaknya pendatang dari Asia, Eropa, dan Amerika, jumlah muslim negeri menurun menjadi sekitar 81,2 persen. Dua pertiga muslim Bahrain adalah Syiah, sementara sisanya Suni.
Dalam kehidupan Bahrain saat ini, masyarakat Suni pun terbagi menjadi dua mazhab, pertama penganut Maliki di mana pengikutnya adalah keluarga Al Khalifa. Lalu penganut mazhab Syafii di mana pengikutnya adalah Suni Huwala. Sedangkan Syiah yang berkembang di Bahrain adalah aliran Syiah dua belas imam.
Suni memang golongan yang minoritas di negeri Bahrain, akan tetapi golongan ini memiliki peran yang lebih signifikan. Hal ini karena, masyarakat Suni hidup di kota-kota besar, sementara masyarakat Syiah tersebar di desa-desa saja.
Partai politik Suni yang terkenal di Bahrain adalah Salafi dan Ikhwanul Muslimin. Kedua partai tersebut adalah partai besar yang menguasai parlemen. Sedangkan Syiah memiliki partai Al Wefa yang saat ini gencar berkampanye untuk menduduki posisi lebih tinggi di pemerintahan.
Ramadan Sepi di Masjid Bahrain
Dilansir dari buku Jejak Ramadhan di Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, bulan Ramadan dan Idul Fitri menjadi hari-hari yang spesial di Bahrain. Penuh dengan kemeriahan layaknya tahun baru masehi, tahun baru Islam, serta hari Asy Syura.
Bahkan ada ‘cuinary events’ selama bulan penuh berkah ini. Selain itu, jam kerja karyawan pun dikurangi. Hal ini dilakukan agar masyarakat muslim Bahrain bisa beribadah di malam hari.
Di Bahrain, ada larangan menyantap makanan selama waktu puasa di depan umum. Hal ini adalah perbuatan yang melanggar hukum dan akan dikenakan sanksi. Waktu siang di Bahrain benar-benar sepi.
Jika Anda berkunjung ke saat Ramadan tiba, Anda tidak akan menemukan apa-apa di pusat perbelanjaan. Restoran dan aneka tempat hiburan tutup.
Kehidupan Bahrain baru akan dimulai saat berbuka puasa tiba. Pusat perbelanjaan, restoran, hotel, dan aneka tempat hiburan lainnya baru mulai beraktivitas pukul 20.00 hingga pukul 03.00 dini hari.
Mereka menyediakan aneka hiburan, pesta, bahkan menyajikan alkohol juga selama bulan Ramadan. Hal ini tentu karena banyaknya warga asing yang tinggal di Bahrain. Jika Anda hidup di daerah yang banyak dihuni warga asing ini, Anda tidak akan merasakan nuansa Ramadan di Bahrain.
Masakan yang menjadi di favorit masyarakat Bahrain selama bulan Ramadan dan Idul Fitri adalah masakan khas Arab seperti nasi biryani, ‘sweet pastry’, nasi biryani, balawa (manisan Arab) dan makanan yang terbuat dari tepung sagu.
Suasana masjid saat Ramadan tidak semeriah di luar masjid. Pemerintah Bahrain melarang masjid-masjid mengumandangkan azan menggunakan pengeras suara. Hal ini tentu menyulitkan masyarakat, karena suara azan magrib tidak terdengar hingga ke jalan-jalan.
Belum lagi permasalahan Syiah dan Suni yang kerap berseteru di negeri ini. Maka terjadilah perpecahan. Orang Syiah menjalankan ibadah Ramadan di masjid-masjid mereka, begitu pun masyarakat Suni yang beribadah di masjid-masjid mereka.
Idul Fitri Penuh Kemeriahan
Pada malam terakhir Ramadan, para wanita Bahrain mulai sibuk mempersiapkan bumbu untuk memasak ghozi keesokan harinya. Makanan ini terbuat dari domba yang dipanggang, diisi dengan beras, telur rebus, dan aneka rempah.
Masakan spesial ldul Fitri ini akan dinikmati bersama seluruh keluarga, setelah melaksanakan shalat Idul Fitri. Siang harinya, mereka akan berkumpul di rumah orang tua atau saudara tertua.
Idul Fitri adalah saat berkumpul bersama keluarga besar yang jarang berjumpa. Pemerintah Bahrain memberikan waktu libur nasional selama tiga hari saat ldul Fitri, agar masyarakat lslam di Bahrain dapat menikmati kebersamaan di hari fitri ini.
Kesempatan libur ini benar-benar dimanfaatkan untuk saling mengunjungi dan melakukan rekreasi keluarga. Di hari kedua bulan Syawal, jalanan macet, taman, tempat hiburan dan restoran penuh pengunjung.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas