KedaiPena.Com – Armenia merupakan adalah sebuah negara pecahan dari Uni Soviet. Negeri ini memperoleh kemerdekaannya pada 25 Desember 1991. Armenia menjadikan Kristen sebagai agama resminya ini berbentuk republik presidensil.
Ekonomi Armenia sangat tergantung pada investasi dan dukungan orang-orang Armenia di luar negeri. Seperti negara pecahan Uni Soviet lainnya, Armenia mengalami dampak ekonomi pada awal kemerdekaannya.
Belum lagi gempa bumi Spitak dan konflik dengan negara tetangga, membuat perekonomian Armenia sempat ambruk. Namun perlahan pemerintah Armenia membuat reformasi ekonomi yang dapat mengembalikan ekonomi negara menjadi lebih stabil.
Walaupun begitu, tetap saja sumber investasi terbesar adalah dari diaspora Armenia yang kebanyakan digunakan di sektor rekonstruksi infrastruktur dan proyek-proyek lainnya
Armenia berbatasan di utara dan timur dengan Georgia dan Azerbaijan. Dan di sebelah selatan dan barat dengan Iran dan Turki. Luasnya sekitar 29.743 km, terdiri dari sebagian besar pegunungan dengan sungai-sungai berarus deras dan hutan.
Iklim di negeri ini adalah ‘highland continental’, benua dataran tinggi. Yang berarti jika pada musim panas, Juli sampai September, suhu sangat panas bisa mencapai 36 celsius. Sebaliknya pada musim dingin, suhu menjadi sangat dingin sehingga mencapai minus 10 celsius dengan banyak salju.
Karena iklimnya yang ekstrem, maka buah-buahan di Armenia juga sangat bervariasi mulai dari delima, apel, semangka, dan ceri. Gunung Ararat adalah simbol negeri ini. Gunung ini merupakan gunung tertinggi, terletak lebih kurang 32 km sebelah selatan Armenia.
Dahulunya merupakan bagian dari sejarah Armenia. Sehingga walaupun gunung tersebut sekarang berada di wilayah Turki, orang Armenia masih menganggap gunung ini sebagai simbol tanah mereka dan memasukkannya dalam lambang nasional.
Interaksi Armenia dengan Islam dimulai sekitar tahun 640 masehi, pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Walaupun diyakini, pada saat itu, penduduk belum ada yang memeluk agama Islam.
Walau begitu, Armenia menjadi bagian kekhalifahan Islam dengan nama divisi administratif Emirat Arminiya yang dipimpin Amir Armenia. Negeri ini kemudian melepaskan diri seiring dengan kekuatan kekhalifahan yang melemah.
Tahun 1045 Kerajaan Bizantium menaklukkan Armenia. Tidak lama setelah itu Kerajaan Seljuk mengalahkan Bizantium pada tahun 1071 pada Perang Manzikert, dan menjadikan Armenia sebagai bagian kerajaannya.
Setelah Kerajaan Seljuk runtuh, Armenia sempat terpecah-pecah menjadi beberapa bagian dengan pemimpin yang berbeda sampai ditaklukkan Kerajaan Mongol. Selama abad ke-16, Kerajaan Ottoman berbagi kekuasaan dengan Dinasti Safavid Iran. Armenia pun terbelah menjadi dua.
Muslim di Armenia terdiri dari orang-orang Muslim Kurdi (Turki) dan Azeris (Azerbaijanis). Muslim Kurdi banyak yang bekerja di bidang pertanian. Selain itu ada pula Muslim Hamshenis yang kebanyakan tinggal di perbatasan Nagorno-Karabakh.
Masjid yang terkenal di Armenia adalah Masjid Biru di Yerevan, ibu kota Armenia, yang dibangun di masa kekuasaan pemimpin Iran, Nadir Shah.
Ramadan dan Idul Fitri di Armenia
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan di Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, tradisi Ramadan di Armenia lebih banyak didominasi oleh tradisi orang-orang Kurdi dan Azeris yang menjadi sebagian besar populasi muslim di sana.
Muslim Kurdi yang sebagian besar menganut Suni (mazhab Syafi’) di Yerevan akan datang ke Masjid Jami Biru (Gok Jam) untuk menunaikan Shalat Tarawih dan mendengarkan kuliah keislaman.
Bagi muslim di Armenia, bulan Ramadan merupakan bulan penyucian jiwa, di mana Umat Muslim diharuskan untuk melakukan refleksi diri, pengabdian kepada Allah SWT dan pengendalian diri.
Sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang Allah SWT berikan, mereka banyak bersedekah, bagi yang mampu. Serta banyak berdoa untuk mereka yang kurang beruntung. Ramadan juga merupakan momen dimana hubungan antar anggota keluarga menjadi lebih erat, terutama ketika iftar.
Orang-orang Kurdi merayakan Ramadan dengan memasak makanan tradisional mereka dan menghidangkannya di ruangan besar atau bahkan di halaman. Ketika waktu iftar tiba, wanita-wanita Kurdi menyediakan teh hitam manis (mastow), ‘cheqel mast’ yaitu yogurt dan garam yang dicampur air.
Makanan utamanya adalah pilaf, yaitu atau bubur gandum yang ditumis bersama mentega, rempah-rempah hingga kekuningan dan pera. Kemudian ditanak bersama air kaldu sampai matang.
Pilaf akan dihidangkan bersama daging sapi, kambing, atau ayam. Selai itu juga dihidangkan pula beragam sayuran seperti guvec (stew kacang) dan kaserol terong. Pilaf akan dimakan bersama-sama di nampan besar, namun untuk sajian berkuah, dihidangkan mangkuk tersendiri.
Selain pilaf makanan yang juga sangat disenangi yaitu roti. Hal ini terlihat pada bangunan rumah-rumah di Alagyaz yang mempunyai ruangan tersendiri khusus untuk membuat roti, yang disebut tonratun dan hatsatun.
Ada beberapa bentuk roti yang sering dikonsumsi Muslim Kurdi, yaitu nane tiri, roti tipis yang dibuat dalam stok yang banyak dan dilembabkan ketika hendak dimakan. Ada juga nane kulere, roti bulat bertabur wijen lalu nane tenure, roti berbentuk rata yang dibuat dengan oven tandir dan nane hewrami roti tipis yang berdiameter 70 cm.
Makanan lainnya yang sudah menjadi bagian makanan tradisional Armenia adalah basturma. Makanan ini merupakan potongan daging tipis yang ditekan, diasinkan di udara terbuka dan dilapisi dengan campuran rempah yang dinamakan chaman.
Walaupun basturma tidak melalui proses pemasakan atau pengasapan, penganan ini aman untuk dimakan, karena telah melalui proses pengasinan. Selain itu sodiumnya juga rendah.
Muslim Armenia menutup bulan suci Ramadan dengan perayaan Idul Fitri yang dimulai dengan shalat bersama Masjid Biru. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama.
Setelah itu mereka akan berziarah ke makam leluhur, saling mengunjungi sanak saudara dan handai tolan, membagikan zakat dan sedekah kepada fakir miskin.
Anak-anak pun akan turut bergembira dengan mengenakan pakaian baru yang dibelikan orang tuanya di hari raya yang suci itu.
Walaupun jumlah mereka sedikit, muslim Armenia terus bersemangat menjalankan bulan suci Ramadan.
Laporan: Ricki Sismawan