KedaiPena.Com – Aljazair adalah sebuah negeri di Afrika Utara yang berbatasan dengan Tunisia, Maroko, dan Libya.
Negeri ini sering disebut “Paris Afrika” karena memang bahasa yang digunakan secara non formal adalah bahasa Prancis, meskipun secara resmi bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Arab.
Kota terbesar di negara ini adalah kota Algier yang juga sekaligus menjadi ibukota Aljazair. Negara Aljazair adalah salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam.
Islam di Aljazair Islam di Aljazair sudah masuk sejak akhir abad ke-7 masehi di zaman Bani Umayah. Islam masuk melalui negeri Tunisia. Saat itu Islam mendapat sambutan yang luar biasa dari warga setempat, karena mereka selalu merasa tertindas atas jajahan Romawi.
Menurut mereka, ajaran Islam sangat damai dan menentramkan hati sehingga mereka mudah menerimanya.
Namun, semakin tahun lslam semakin mundur di Aljazair, dan ini menjadi peluang bagi Prancis untuk menjajah negeri tersebut dalam waktu yang lama, yaitu dari tahun 1832-1962 masehi.
Ketika merdeka tahun 1962, kemerdekaan ini masih semu. Pemerintahan mereka masih boneka Prancis.
Hal ini membuat pemerintahan sekuler. Meskipun sampai saat ini Aljazair masih dilanda konflik, namun mereka tetap memperjuangkan untuk kembali kepada Islam
Lezatnya Masakan dan Gemerlapnya Ramadan
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan di Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, Ramadan merupakan bulan yang spesial bagi warga negara Aljazair.
Biasanya mereka menyambutnya dengan suka cita. Para pria mulai merenovasi rumah dan membetulkan perabot perabot yang rusak.
Ibu-ibu pun tak mau ketinggalan. Mereka belanja dan menyimpan segala macam keperluan untuk memasak seperti bumbu dapur dan bahan pangan sebelum Ramadan.
Sehingga mereka bisa khusyuk menunaikan ibadah selama bulan Ramadan. Saat Ramadan tiba, masjid-masjid selalu penuh, tak hanya saat tarawih saja. Di luar waktu shalat pun selalu ada orang yang datang, entah untuk membaca Al-Qur’an, shalat sunnah dan sebagainya.
Bulan Ramadan adalah bulan spesial bagi para keluarga. Setiap keluarga biasanya menyediakan manisan sebagai makanan pembuka puasa, selain kurma.
Di Aljazair, manisan bukanlah sejenis buah-buahan dikeringkan, melainkan seperti baklava (sejenis pastry). Ada juga Qatayef atau pancake isi almond yang dilipat lalu disiram gula dan lemon. Lalu ada Qolb el-louz sejenis pastry yang berisi almond.
Setelah menikmati makanan pembuka, disajikanlah makanan sejenis lumpia bernama Bourak. Untuk makanan utamanya adalah sup khas Aljazair yang disebut sup El-harira.
Sayangnya pemerintah Aljazair sangat melarang masjid masjid menggunakan pengeras suara untuk urusan apapun kecuali azan.
Selain itu, para imam shalat di berbagai masjid harus memiliki surat izin untuk ceramah. Para mutakifin (orang yang beritikaf) pun harus memiliki surat izin dari pemerintah setempat untuk menunaikan ibadah itikaf di masjid-masjid.
Namun, meskipun pemerintahnya begitu kaku menerapkan aturan, masyarakat Aljazair tetap antusias menyambut 10 malam terakhir dan hari-hari Lailatul AQadar. Masjid tetap penuh oleh para jamaah.
Anak-anak perempuan memakai gaun tradisional yang indah dan menghiasi tangan mereka dengan henna (daun pacar) di malam-malam terakhir Ramadan.
Di malam-malam Lailatul Qadar ini, masyarakat Aljazair juga mengadakan acara sunatan massal. Banyak badan amal menyelenggarakan kegiatan ini, disambut dengan antusias oleh ibu-ibu yang mempunyai anak laki-laki yang belum disunat. Suasana meriah luar biasa.
Idul Fitri Penuh Manisan
Setelah shalat ldul Fitri, jamaah mendengarkan khutbah dengan khusyuk. Ketika berpisah, mereka saling meminta maaf dan berpelukan.
Lalu tradisi saling mengunjungi kerabat dan tetangga dimulai. Saat bersilaturahmi ini, sudah menjadi tradisi mereka untuk menyuguhitamu dengan kopi dan saling membagikan manisan. Setiap keluarga yang datang membawa manisan, yang oleh tuan rumah dibalas lagi dengan manisan.
Toko dan pasar penuh sesak. Setiap keluarga mengajak anak-anak untuk memilih baju yang mereka sukai. Suka cita saat ldul Fitri semakin semarak, dengan keriuhan anak-anak yang bermain di taman hiburan dan tempat rekreasi.
Libur Idul Fitri yang diberikan oleh pemerintah selama dua hari benar-benar dinikmati oleh masyarakat muslim di Aljazair.
Laporan: Ricki Sismawan