KedaiPena.Com – Setelah Ramadan di Afghanistan, pada tulisan ini akan diceritakan semarak Ramadan di Albania. Republik Albania yang beribukota di Tirana, adalah negara kecil di daerah Balkan. Terletak di Eropa Selatan, 70% penduduknya beragama Islam.
Selain berbatasan dengan Laut Adriatik dan Laut Lonian, negara ini dikelilingi oleh negara-negara Balkan lainnya. Di utara berbatasan dengan Montenegro dan Kosovo, di timur berbatasan dengan Macedonia, di selatan berbatasan dengan Yunani.
Penduduk Albania adalah keturunan suku Illyrian yang mulai menetap di daerah Balkan pada sekitar tahun 500 SM.
Suku ini termasuk suku tertua yang hidup di Benua Eropa. Nama Albania mulai dipakai sejak abad XIV. Menurut para ahli sejarah nama ini dari kata Albanoi, nama dari salah satu suku berasal Illyrian yang hidup di daerah utara.
Nama Albanoi menjadi popular pemakaiannya dan menjadi Albania, untuk membedakan dari suku-suku lain di daerah Balkan.
Meskipun berasal dari rumpun yang sama dengan beberapa negara lainnya seperti Bosnia, Herzegovina, Macedonia dan Kroasia, penduduk Albania saat ini dapat dibedakan dari bahasa, agama, kultur, baju tradisional, status sosial dan politik.
Albania jatuh ke tangan Kerajaan Ottoman Islam pada abad XI. Pada masa kependudukan Islam inilah, penduduk Albania yang sebelumnya beragama Kristen berpindah ke Islam.
Kejayaan Kerajaan Ottoman dengan penyebaran budaya dan agama Islam berlangsung hampir selama lima abad.
Albania lepas dari kekuasaan Ottoman pada tahun 1912. Setelah Perang Dunia ll, Albania masuk ke dalam masa yang suram di bawah kediktatoran komunis.
Selama hampir 35 tahun di bawah rezim komunis, penduduk Albania tidak mempunyai kehidupan beragama.
Albania memproklamirkan diri sebagai negara pertama di dunia yang menganut paham Atheisme.
Jatuhnya rezim komunis pada tahun 1990, membuat pintu agama kembali terbuka bagi seluruh masyarakat Albania.
Pemerintah Republik Albania saat ini tidak menjadikan satu agama sebagai agama resmi negara, melainkan memberikan kebebasan untuk menjalankan agama kepada seluruh penduduknya.
Masyarakat Islam Albania membagi kehidupan beragama secara bebas bersama penduduk yang beragama lain, yaitu 20% Kristen Ortodoks dan 10% Katolik Roma.
Ramadan di Masa Lalu
Tradisi Ramadan Albania selama masa Ottoman sangat mirip dengan di Turki sekarang ini. Penduduk menunggu munculnya bulan di malam hari untuk menandai hari pertama bulan bulan suci Ramadan.
Keesokan harinya masjid didekorasi dan diterangi dengan cantik yang menghiasi selama sebulan penuh. Malam hari adalah waktu menikmati suasana luar.
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan di Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani Dkk, setelah Salat Tarawih, penduduk banyak menghabiskan waktu di luar rumah seperti di tempat umum, di kedai-kedai kopi atau mengunjungi kerabat dan keluarga. Kegiatan ini bisa berjalan sepanjang malam sampai menjelang waktu sahur.
Selama siang hari di antara dua waktu salat, dari seluruh penjuru masjid, terdengar lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an. Waktu berbuka puasa adalah yang sangat ditunggu oleh umat yang berpuasa.
Hal ini ditandai dengan tambur atau bahkan dengan bunyi tembakan meriam.
Puncak kegiatan perayaan Ramadan dimulai di malam Lailatul Qadar, sampai malam menjelang perayaan Idul Fitri. Masjid-masjid makin ramai dihias, seluruh kota mulai melakukan persiapan perayaan hari kemenangan.
Toko-toko ditutup, penduduk berbondong-bondong membayar zakat dan sedekah ldul Fitri.
Selama masa komunis memerintah, rezim komunis tidak mengakui adanya agama dan melarang seluruh penduduk Albania menjalankan agama yang dianut.
Masjid dan tempat ibadah lain banyak yang dimusnahkan. Hukuman diberikan buat yang tidak taat terhadap peraturan pemerintah ini.
Hukuman dapat berupa kehilangan pekerjaan sampai kurungan penjara. Walaupun dalam kondisi tertekan dan ancaman hukuman berat, banyak rakyat Albania tetap menjalankan rutinitas Ramadan dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk mencoba melihat dan menangkap para pembangkang yang masih berpuasa, pemerintah dengan sengaja membagikan secara gratis makanan yang saat itu langka dan susah didapat seperti keju, susu dan daging ke sekolah atau pabrik.
Banyak pekerja saat itu membawa cangkir teh ke tempat kerja, bukan karena tidak berpuasa, melainkan agar tidak dicurigai kalau sedang berpuasa.
Kegiatan berbuka puasa juga menjadi hati-hati, tanpa keramaian yang khusus. Makanan untuk berbuka puasa biasanya adalah makanan yang hanya bisa didapatkan pada saat itu.
Sekedar segelas air putih, buah korma atau dengan sup paca. Sup paca adalah sup khas Albania yang dibuat dari organ dalam hewan.
Walaupun dengan kondisi yang sangat sederhana, tetapi semangat Ramadan tetap hadir dan dijaga dalam keluarga muslim Albania.
Ramadan di Masa Sekarang
Ramadan kembali menjadi perayaan yang ditunggu dengan suka-cita oleh umat Islam Albania.
Setelah hampir setengah abad tidak bisa beribadah secara bebas, masyarakat Albania kembali dapat melakukan ibadah seperti saudara muslim lain di seluruh dunia.
Generasi muda Albania merasakan untuk pertama kalinya kehidupan beragama dalam komunitas Islam.
Dengan bantuan dana dari negara Islam lain seperti Arab dan Turki, kehidupan beragama umat Islam di Albania ingin dikembalikan seperti kejayaan Ottoman.
Masjid kembali dibangun, sekolah agama mulai berdiri, organisasi lslam masyarakat juga dibentuk. Tradisi Ramadan dan perayaan ldul Fitri berbeda-beda setiap daerah di Albania.
Hari berpuasa buat kaum Shkodra yang hidup di utara Albania dimulai dengan suara beduk yang terdengar dari masjid sebagai panggilan untuk sahur. Beduk atau Iodra dalam bahasa Albania, sama dengan beduk di Indonesia.
lodra dibungkus dengan kulit domba atau kulit kambing yang dipukul dengan dua tongkat khusus yang berbeda ukuran, sehingga menghasilkan suara yang berbeda iramanya.
Penabuh beduk biasanya adalah kaum Gipsi. Sudah menjadi tradisi untuk memberikan sedikit uang dan makanan kepada kaum Gipsi ini setelah membantu dalam memukul beduk.
Biasanya mereka juga diundang untuk makan sahur atau berbuka puasa bersama. Makanan tradisional Albania yang dimakan selama waktu berbuka puasa banyak mendapat pengaruh dari makanan tradisional Turki.
Beberapa jenis makanan merupakan makanan khas Albania dari hasil kreasi menggunakan bahan yang tersedia di daerah setempat.
Berbuka puasa biasanya diawali dengan air putih dan buah kurma. Bisa dilanjutkan dengan petulla, sejenis roti goreng, yang juga menjadi makanan kesukaan keluarga Albania selama Ramadan.
Bermacam-macam jenis makanan kemudian disuguhkan untuk menemani waktu makan setelah berbuka puasa.
Byram Mubarak
Perayaan Idul Fitri berlangsung semarak selama tiga hari dan dipenuhi dengan ucapan Byram Mubarak yang berarti Lebaran yang Berkah. Perayaan ini diikuti semua lapisan masyarakat.
Perayaan ini sempat terhenti, tapi tidak akan pernah dilupakan. Kini kegembiraan itu kembali hadir dalam kehidupan umat Islam di Albania.
Hari pertama perayaan Idul Fitri adalah hari yang dirayakan bersama keluarga dan biasanya dihabiskan bersama di rumah.
Hari berikutnya adalah waktu untuk saling mengunjungi antara keluarga dan kerabat dengan tidak lupa melakukan ziarah dan berdoa untuk para ahli kubur.
Kedatangan Byram Mubarak juga sangat ditunggu oleh anak-anak. Dengan baju baru mereka berkeliling, mengetuk pintu rumah tetangga dan kerabat sambil mengucapkan Byram Mubarak.
Sebagai gantinya kantong kecil yang telah dipersiapkan oleh pemilik rumah diberikan kepada anak-anak ceria itu. Isinya kue petulla atau hadiah lain seperti gula-gula, buah atau uang.
Umat Islam di Albania telah dimudahkan jalannya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT selama bulan Ramadan. Pintu kemenangan terbuka, kumandang Ramadan dan Idul Fitri kembali bergema di tanah Balkan.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas