Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Ribuan warga Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, terancam digusur buntut rencana pengembangan kawasan Rempang Eco City. Pasalnya, proyek ini dibangun di atas dua Kelurahan Pulau Rempang, Kelurahan Sembulang dan Rempang Cate.
Penggusuran ini berawal dari rencana pengembangan kawasan ekonomi baru atau The New Engine of Indonesian’s Economic Growth dengan konsep “Green and Sustainable City” di daerah itu. Pembangunan menjadi fokus pemerintah pusat usai Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke China pada akhir Juli lalu. Terlebih lagi adanya komitmen investasi dari perusahaan asal China, Xin Yi International Investment Limited.
Sebelumnya, Kawasan ini dijadikan proyek strategis nasional yang telah ditetapkan pada akhir Agustus 2023. Ketentuan ini tertuang dalam Permenko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.
Pulau Rempang memiliki luas sekitar 17.000 hektare. Rencananya, akan dikembangkan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City yang akan mengubah permukaan pulau tersebut menjadi kawasan pengembangan terintegrasi untuk industri, jasa/komersial, agro-pariwisata, residensial, dan energi baru dan terbarukan (EBT).
Pengembangan kawasan tersebut dilakukan oleh PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tomy Winata. Proyek ini memiliki nilai investasi sebesar Rp381 triliun sampai dengan 2080 dan ditargetkan dapat menyerap 306.000 orang tenaga kerja.
Saat ini, warga rempang butuh pembelaan, butuh perhatian dari penguasa, atau mereka yang ingin menjadi penguasa. Berharap pada Jokowi? Rasanya mustahil, karena proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City justru legacy kebanggaan Jokowi.
Seperti proyek kategori PSN lainnya, Jokowi membangun legacy bapak infrasturktur diatas penderitaan, darah dan air mata rakyat yang tergusur. Masalah Wadas, adalah contoh kongkrit PSN yang hanya berorientasi menyediakan lapak usaha bagi para cukong dan mengabaikan aspirasi dan derita rakyat.
Di pulau rempang ini, pemerintah juga hanya fokus menyediakan lapak usaha untuk bisnis TW (Tommy Winata), dengan mengorbankan tanah warga Rempang yang telah ditinggali secara turun temurun. Jokowi tak peduli, rakyat digusur demi sediakan lapak usaha untuk group usaha TW dan investor China.
Sementara Capres yang saat ini sibuk mencari perhatian rakyat? Tak ada satupun yang bicara tentang Rempang.
Ganjar, sibuk iklan politik bersama suara adzan. Ganjar sedang sibuk menghapus legacy penyuka bokep, untuk menaikan elektabilitas.
Anies, lagi sibuk resepsi perkawinan jahatnya dengan Cak Imin, dengan meninggalkan AHY.
Prabowo, sedang sibuk merebut suara NU dari Cak Imin dengan menerima kunjungan dari Yenny Wahid. Sibuk poles citra diri demi elektabilitas menuju Pilpres 2024.
Kenapa para capres bungkam? Karena, mereka hanya diizinkan bicara oleh tuan mereka, sebatas pada pembicaraan yang tidak merusak bisnis para tuan. Mereka, hanya diizinkan untuk bicara berbusa dengan janji-janji palsu.
Sedangkan untuk kasus pulau Rempang ini? Mereka tak akan bicara. Kalaupun bicara, dengan sangat terpaksa, setelah memeriksa TOR yang disiapkan untuk bicara. Tak boleh bicara melampaui mandat para cukong. Karena semua, butuh logistik untuk kepentingan kontestasi.
Wahai rakyat rempang, wahai rakyat Indonesia. Bersabarlah, sesungguhnya Allah swt bersama orang-orang yang sabar.
Sesungguhnya, tidak akan pernah menjadi baik umat ini, kecuali umat ini meneladani generasi pendahulu, generasi para sahabat yang menerapkan Islam secara kaffah. Dengan syariah dan Khilafah. Sesungguhnya, hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, seluruh problematika yang mendera negeri ini akan dapat teratasi.
[***]