Artikel ini ditulis oleh M Jehansyah Siregar, S.T, M.T, Ph.D, Dosen Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SKPPK) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bapak satu ini viral se-Indonesia hari-hari ini. Wajahnya yang memelas sambil minta maaf terus muncul di media. Sebagai pejabat Ditjen Pajak dia jadi tumpuan kemaluan institusi besar itu.
Semua ini diawali anaknya, Mario Dandy, yang kekejiannya terekam dalam video penyiksaan yang viral dan bikin merinding itu. Ya, saya tak habis pikir, kok bisa anak ini melakukan penyiksaan sekeji itu? Langsung pikiran kita melayang ke anak lelaki yg umurnya tak jauh di atas Mario.
Bundanya anak saya nanya, kalo anak kita dikasih Rubicon apa bisa jadi gitu juga ya? Saya bilang, beda nasiblah. Ngga ada rubicon, ngga main cewek, ngga ada arogan dan ngga nyiksa anak orang. Beda nasib yang harus kita syukuri. Alhamdulillah.
Kembali ke berita Bapak Rafael Alun yang seperti tak mau kalah viralnya dari berita anaknya. Pencopotan jabatan langsung dari Bu Menkeu tentu sangat menyedihkan. Kalau saya sangat kasihan melihatnya. Kira-kira apa Pak Rafael menyalahkan istrinya yang mendidik anak? Setidaknya dia tak habis pikir, mimpi apa saya semalam ya? Kok nahas banget nasib saya?
Berita Rafael Alun terus berlanjut ke bongkar-bongkar harta kekayaannya: total sekitar Rp56 milyar. Menurut saya ini jumlah yang tidak terlalu besar. Mengapa? Ya karena memang sebesar itulah harta pejabat-pejabat rezim Jokowi sekarang ini.
Harta Sri Mulyani saja yang terlapor sebesar 58 milyar. Harta Nicke pertamina 75 milyar rupiah. Kita juga masih ingat Rektor UI yang disorot karena rangkap jabatan itu. Hartanya Rp62 milyar. Harta Jokowi 71 milyar. Itupun belum hitung anak dan mantunya. Harta Gibran 25 milyar, Bobby Nasution/(plus harta Kahiyang?) 54 milyar, Kaesang 63 milyar. Jadi Joko Widodo dan keluarga total Rp213 milyar. Wow. Wow.
Jadi biasalah untuk ukuran pejabat-pejabat di rezim Jokowi ini, punya harta kekayaan puluhan hingga ratusan milyar. Yang konglomerat macam Prabowo, Sandiaga Luhut Trenggono atau Erick jangan tanya, sudah triliunan. Meskipun dulu Jokowi awalnya punya citra wong ndeso, wong miskin tinggal di tempat kumuh. Tapi itu kan duluu.
Nah, lalu sekarang kenapa pejabat-pejabat lain seperti berlomba-lomba ingin menghukum Rafael Alun? Habis Sri Mulyani terbitlah Mahfud MD yang ikut naik panggung berita Alun dan Mario. Kalau saya jadi Rafael saya keheranan. Salah saya apa? Saya hanya meniru pejabat-pejabat di atas saya kok.
Spekulasi properti dengan menumpuk-numpuk berapa rumah dan bangunan kan memang dibebaskan di negeri ini? Perumahan rakyat golongan bawah yang kumuh dan tambah banyak kan memang tak dipedulikan? Punya mobil mewah kan memang jagonya pejabat? Dirjen yang punya hummer juga ada kok. Kan memang kerjaan pejabat kalo ngga main proyek, main izin, main jabatan, main sertifikat, ya main laporan pajaklah.
Jadi ini para pejabat menteri kok heran? Justru kita rakyat biasa yang heran lihat kalian suka purak-purak kaget. Hehehe. Sudah, jangan sok miskin dan sok lupa kekayaan sendiri. Apalagi, jangan sok ngga paham keadaan birokrasi negeri. Jangan sok lupa bahwa presiden dan petinggi negeri yang justru memberi teladan bergaya hidup mewah.
Ini yang paling bikin muak, jangan sok pencitraan lalu jadikan Rafael Alun sebagai kambing hitam! Sudahi kemunafikan elit negeri ini. Mari introspeksi dan urut dada menyaksikan dampaknya pada gen z macam Mario dan semua anak muda negeri ini.
[***]