Artikel ini ditulis oleh Rachland Nashidik, penggiat HAM, politisi Partai Demokrat.
Terkejut dan sedih mendengar kabar Brimy Laksmana meninggal malam ini.
Brimy pernah bekerja di Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia, lembaga yang diisi aktivis-aktivis hebat macam Harry Wibowo, Rocky Gerung, Gung Ayu, Lisa Hadiz, Dolfi Palit.
Saya menjadi salah satu staf di kantor ini setelah kembali ke Indonesia dari pelarian di Eropa, 1997.
Yapusham sendiri didirikan oleh tokoh-tokoh senior seperti Todung Mulya Lubis, Goenawan Mohamad, Jacob Oetama, Rizal Ramli dan masih banyak lagi.
Yap Thiam Hien Award lahir dan besar dari sini, di samping Index Hak Asasi Manusia Indonesia dan jurnal HAM Imparsial, yang mungkin kurang dikenal.
Brimy adalah teman yang menyenangkan. Dia rendah hati, ganteng dan tentu saja: pintar.
Dia lulusan Institut Teknologi Bandung. Masa pergaulan saya dengan Brimy tidak panjang.
Seingat saya, tak begitu lama setelah saya bergabung di Yapusham, Brimy mengundurkan diri karena mendapat pekerjaan baru yang lebih menantang.
Saya lupa apa dan dimana, tapi saya ingat: pagi itu dia bercerita dengan bersemangat tentang pekerjaan baru yang ia pilih tekuni itu.
Setelah pindah, saya jarang sekali bertemu dia lagi. Tapi masa pergaulan yang singkat itu sudah meninggalkan jejak yang manis. Saya selalu mengenangnya sebagai seorang sahabat.
Malam ini mata saya basah mengenangnya, setelah Adam WH menghubungi saya tengah malam begini untuk mengabarkan kepergiannya yang sangat mendadak.
Selamat jalan, Brimy. Saya bersaksi kau orang yang baik hati.
20 April 2024.
[***]