KedaiPena.Com – Putri Wapres Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah menilai, sebagai negara yang memiliki keanekaragaman agama, suku, budaya, bahasa, adat istiadat, dan aliran kepercayaan perlu Indonesia menghadirkan sebuah pemahaman keagamaan yang penuh toleransi.
Salah satu caranya melalui dunia pendidikan yang merupakan sarana mengubah pola pikir anak bangsa dan menciptakan agen perubahan sosial atau agent of change.
“Pendidikan yang ideal harus menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap keberagaman, merawat kesetaraan, memproduksi kreativitas, dan melahirkan inovasi. Pengajaran toleransi dalam dunia pendidikan dinilai sebagai cara yang efektif untuk menumbuhkembangkan kesadaran tentang keberagaman,” kata Azizah begitu ia disapa, Rabu, (21/4/2021).
Azizah menjelaskan, dengan adanya momentum penyusunan peta jalan pendidikan Indonesia dalam rangka menghadapi tantangan Dunia tahun 2035 yang semakin kompleks.
Azizah pun mengusulkan, adanya sebuah orientasi baru dalam pengajaran agama di sekolah. Azizah mengatakan, orientasi baru tersebut mengarah kepada semangat pembelajaran agama yang lebih inklusif.
“Kita harus mulai meletakan pemahaman tentang pengajaran agama secara inklusif, supaya doktrin agama bisa melampaui simbolnya,” ujar Azizah.
“Agama bukan sekedar simbol kosong, tapi ia membawa substansi. Agama memiliki ruh dan semangat dalam menegakkan iman dan amal saleh,” lanjut Azizah.
Azizah yang pernah menjabat sebagai Kasubdit Bina Paham Keagamaan Dan Penanganan Konflik Kementrian Agama ini menyebutkan bahwa pendidikan agama mesti memusatkan perhatiannya kepada pembentukan anak didik agar.
Hal ini, kata Azizah, diperlukan lantaran delain memiliki kompetensi yang tinggi, juga setiap anak mempunyai kepribadian yang ideal, yaitu jiwa solidaritas yang tinggi, jujur, adil.
“Dan jauh dari virus kekerasan dan teror yang meresahkan bangsa saat ini,” tegas Azizah.
Azizah menegaskan, pembelajaran agama yang eksklusif- dogmatis-statis dikawatirkan malah menjadi pintu masuk radikalisme di sekolah.
“Orientasi pendidikan baru yang inkkusif akan terasa sangat bermanfaat ketika dihadapkan pada kompleksitas dan pluralitas agama serta tantangan dunia di masa depan. Pluralitas agama harus jadi kekuatan knstruktif-transformatif dalam mengembangkan potensi dan model pendidikan agama kita,” jelas Azizah.
Selain itu, Azizah menyarakankan, agar dibuat terobosan dalam mereformasi dunia pendidikan agama bagi siswa agar siap menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Tidak hanya itu, tegas Azizah, hal itu juga akan menciptkan manuasia berakhlak mulia, dan mampu menjaga perdamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.
Azizah mengungkapkan, ada empat jurus reformasi pendidikan agama di Indonesia. Pertama, kaji kembali buku ajar agama. Kedua, upgrade pemahaman guru agama agar lebih inklusif.
“Ketiga, pemerintah harus membuat kebijakan terintegrasi pada lembaga formal, informal dan non formal. Serta keempat, bekali siswa keterampilan belajar 5C (Critical Thinking, Creativity, Communication Skill, Collaboration, dan Confidence). Dengan penerapan prinsip 5C dalam pembelajaran agama, diyakini mampu membentengi para siswa dari paham-paham intoleran yang saat ini berkembang,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan