KedaiPena.Com- Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen atau BKSAP dari Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin menekankan pentingnya komitmen bersama untuk menjaga perdamaian, stabilitas, hingga kemakmuran di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Hal itu disampaikan Puteri dalam rangkaian Sidang Umum ke-44 ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), Kamis,(10/8/2023). Indonesia berkesempatan memimpin dialog antar delegasi parlemen Anggota AIPA dengan delegasi Parlemen Tiongkok yang merupakan negara observer atau peninjau.
“Tentunya lewat dialog ini, kita bisa menjembatani diskusi untuk membahas agenda strategis dari setiap anggota AIPA dengan Tiongkok. Karena tentu setiap negara punya isu dan concern tersendiri yang harus ditindaklanjuti. Termasuk mendalami isu-isu skala kawasan dan regional yang juga harus diselesaikan bersama,” urai Puteri.
Puteri menilai tantangan global yang semakin kompleks memerlukan pemahaman dan kolaborasi secara kolektif baik antar Anggota AIPA maupun Parlemen Tiongkok.
“Kini dunia dihadapkan berbagai tantangan secara multidimensi. Mulai dari persaingan kekuatan global, ketegangan geopolitik, konflik kemanusiaan, pelemahan ekonomi, disrupsi teknologi, hingga perubahan iklim. Untuk itu, kita harus menciptakan situasi yang kondusif melalui kerja sama yang mengedepankan kesetaraan dan saling hormat, sesuai implementasi Treaty of Amity and Cooperation (TAC),” tutur Puteri.
Lebih, Puteri juga mengungkapkan parlemen Anggota AIPA dan Parlemen Tiongkok berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama, menjaga perdamaian dan keamanan, mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan, hingga mendukung pembangunan sosial dan keberlanjutan lingkungan.
Sidang Umum ke-44 ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) yang merupakan sidang tahunan antar parlemen dari negara-negara di kawasan ASEAN, yang telah resmi dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan Ketua DPR RI Puan Maharani pada Senin (7/8/2023).
Sidang yang mengusung tema, “Responsive Parliaments for Stable and Prosperous ASEAN” ini turut dihadiri oleh 8 negara Anggota AIPA dan 15 negara peninjau (observers).
Laporan: Muhammad Hafidh