KedaiPena.Com – Sebagian pendukung kepengurusan Partai Hanura versi Hotel Ambhara, yang dipimpin duet Daryatmo dan Sudding, meyakini partainya bakal dipimpin oleh Jenderal (Purn) Muldoko.
Akan tetapi pagi tadi, eks Panglima TNI itu resmi dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Staf Kepresiden, menggantikan Teten Masduki.
“Pupus sudah angan-angan tersebut. Pasalnya, selain tugas dari Presiden, kesibukan Moeldoko di HKTI juga cukup menyita waktu,” kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura yang juga Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Inas Nasrullah Zubir dalam keterangan kepada KedaiPena.Com, Rabu (17/1/2018).
Selain Moeldoko, sebagian pihak di kubu tersebut juga berharap Jenderal (Purn) Wiranto kembali menduduki posisi Ketua Umum Hanura. Tapi, Wiranto dengan tegas sudah mengatakan akan fokus dengan tugasnya sebagai Menkopolhulam.
“Hal ini juga disampaikan Pak Wiranto di depan Presiden Jokowi pada saat munaslub Hanura yang memilih OSO menjadi Ketum Hanura, tahun 2016 yang lalu. Dan pagi ini pun terkonfirmasi bawa Wiranto akan tetap bertugas di Kemenpolhukam,” sambung dia.
Jika Muldoko dan Wiranto sudah tidak mungkin lagi bisa menjabat ketua umum Hanura, lalu siapa calon ketua umum Hanura versi ambhara?
“Di luar dua nama itu, sosok Daryatmo pun santer digadang menjadi ketua umum Hanura. Akan tetapi, apakah Daryatmo mampu membawa Hanura untuk bertempur di Pileg 2019? Karena ketika memimpin di Bapilu Hanura pun belum berhasil. Selain itu, apakah Daryatmo memiliki finansial yang kuat untuk membiayai Hanura?,” Inas melanjutkan.
Nama lain yang juga menguat adalah Dossi Iskandar yang sekarang ini duduk di Komisi III DPR RI. Sayang, sambungnya, yang bersangkutan memiliki ‘track record’ yang tidak disukai oleh sebagain besar pimpinan-pimpinan DPD dan DPC di daerah. Pertanyaan serupa juga muncul, apakah Dossi punya finansial yang kuat juga?.
“Kalau masalah calon ketum ini saja tidak ada kejelasan dalam munaslub versi Hotel Ambhara, maka dipastikan para peserta akan bingung memilih siapa yang akan diusung menjadi Ketum Hanura,” Inas menyayangkan.
Laporan: Muhammad Hafidh