KedaiPena.com- Pertamina jangan hanya bisa menjadi pemain di dalam negeri saja. Sudah saatnya Pertamina menunjukkan kiprahnya di pasar internasional dengan menggarap pasar hilir migas internasional sebagai ‘operator retail’ di berbagai negara, terutama di ASEAN.
Demikian dikatakan oleh, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Inas N. Zubir saat menanggapi rencana bisnis ‘bunker service’ Pertamina di selat Malaka yang selama ini dikuasai oleh pemain-pemain dari Singapura dan Malaysia.
“Pertamina ini sudah memliki Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) di Pulau Sambu yang telah selesai ditingkatkan kapasitasnya menjadi 300 ribu KL yang dilengkapi dengan Terminal Automation System serta fasilitas blending produk solar (‘high speed diesel’/HSD),” ungkap dia kepada KedaiPena.Com, Rabu (17/5).
“Serta minyak bakar (‘marine fuel oil’/MFO) berstandar Internasional dan dermaga berkapasitas LR 100 ribu DWT. Jadi seharusnya Pertamina bisa memulai bisnis hilir internasionalnya,” sambung dia.
Selain itu, kata Inas, lokasi Pulau Sampu sangat dekat dengan Selat Malaka dan OPL Singapura. Potensi ‘bunker’ di Selat Malaka bisa mencapai 45 juta KL pertahun.
“Jika Pertamina dapat memperoleh lima persen saja dari pangsa pasar tersebut maka penjualan yang diperoleh bisa mencapai 2,25 juta kiloliter per tahun,” jelas dia.
Akan tetapi, lanjut Inas, kenyataannya keseluruhan upaya untuk ekspansi ke pasar luar negeri tersebut saat ini masih terbentur dengan berbagai peraturan yang sangat birokratis di Indonesia.
Tak hanya itu, tingginya pajak BBM yang membuat harga jual di hilir juga membuat Pertamina tidak dapat bersaing dengan pemain-pemain di pasar internasional, terutama di Selat Malaka dan OPL Singapura
“Oleh karena itu sudah saatnya Pertamina mempersiapkan ‘trading arm’ di Singapura yang tentunya berbeda fungsi dengan Petral yang lalu,” pungkas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh