Kau mengenalku, juga berarti tidak mengenalku.
Bila huruf-huruf itu nyata padaku.
Biar X, Y dan Z hanya Tuhan dan diriku yang tahu.
Bila A dan sisanya bisa membuatmu menemukan binatang.
Dari jari jemarimu yang kau masukkan ke dalam lubang duburku.
Kau sadar, itu aku.
Aku mengenalmu, kau mengenalku.
Aku dan dirimu masih berada pada satu mimpi.
Mimpi yang satu.
Mimpi seuntai pedang yang terhunus pada pundak kita yang kurus.
Kemudian kau datang menawarkan sebilah pisau dapur berkarat.
Dan kau ajak aku menghunusnya, bangkit menerjang, dan terluka.
Hingga tak sadar kita sudah bergelut.
Dalam sejarah yang nantinya akan kau pendam.
Atau mungkin kau singkirkan di tepi jalan.
Yang bisa jadi, jalan itu merupakan jalan yang aku dan kau pun tahu.
Dulu, di jalan ini.
Kita pernah merangkak dengan zirahku dan jubahmu yang terkoyak.
Serta luka yang masih juga tercium amisnya.
Karya Indra Pratama Sadewa, Mahasiswa Universitas Mercu Buana