KedaiPena.Com – Kepala Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero ) Wijaya Laksana mengungkapkan dampak dari mahalnya harga gas industri saat ini telah memberikan persoalan terhadap daya saing dan beban kepada perusahaanya.
Hal tersebut disampaikan oleh Wijaya saat menanggapi masih tingginya harga gas industri di tanah air.
“Mengurangi daya saing di pasar internasional dan berpengaruh kepada beban subsidi,” ungkap dia kepada KedaiPena.Com, Kamis, (30/1/2020).
Wijaya melanjutkan dampak dari mahalnya harga gas sendiri cukup besar, lantaran gas merupakan komponen terbesar dalam produksi pupuk.
“Hampir 70% komponen biaya adalah untuk gas,” tegas dia.
Wijaya pun berharap agar para pelaku industri gas saat ini dapat segera menerapkan harga gas secara kompetitif.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyoroti mahal harga gas Industri. Jokowi mengatakan, gas bukan semata-mata sebagai komoditas, tapi juga modal pembangunan yang akan memperkuat industri nasional.
Ia menyebutkan, ada 6 (enam) sektor industri yang menggunakan 80% volume gas Indonesia, baik itu pembangkit listrik, industri kimia, industri makanan, industri keramik, industri baja, industri pupuk, industri gelas.
“Artinya ketika porsi gas sangat besar bagi struktur biaya produksi maka harga gas akan sangat berpengaruh pada daya saing produk industri kita di pasar dunia. Kita kalah terus poduk-produk kita gara-gara harga gas kita yang mahal,” kata Presiden Jokowi saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas (Ratas) tentang Ketersediaan Gas Untuk Industri, di Kantor Presiden, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Karena itu, Presiden meminta soal harga gas betul-betul dihitung, dikalkulasi agar lebih kompetitif. Ia memerintahkan agar dilihat betul penyebab tingginya harga gas, mulai harga di hulu, di tingkat lapangan gas, di tengah, terkait dengan biaya penyaluran gas, biaya transmisi gas, di tengah infrastruktur yang belum terintegrasi dan sampai di hilir, di tingkat distributor.
Laporan: Muhammad Lutfi