KedaiPena.com – Mencuatnya penggunaan amonia sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) dan gas, mendorong PT Pupuk Indonesia untuk melakukan studi kelayakan secara serius. Terlihat dari adanya empat proyek pengembangan hidrogen biru dan empat proyek hidrogen hijau yang masing-masing sudah memeroleh mitra potensial.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman, mengatakan bahwa perusahaan tengah melirik pengembangan amonia menjadi sumber energi selain produksi amoniak atau amonia abu-abu (grey) untuk sektor pertanian atau urea. Sejauh ini, Pupuk Indonesia sanggup menghasilkan amonia 6,5 juta ton per tahun.
“Sekarang amonia tidak hanya digunakan sebagai pertanian atau urea, tapi juga digunakan sebagai energi karena amonia tidak mengandung unsur karbon,” kata Bakir, Kamis (30/3/2023).
Ia menyampaikan saat ini Pupuk Indonesia memiliki empat proyek amonia biru. Salah satunya berada di Arun Lhokseumawe, Aceh Dan telah menjalin mitra potensial domestik seperti Energi Mega Persada-Gebang, PGN, dan perusahaan manufaktur asal Jepang, Mitusi.
Rencana proyek amonia biru selanjutnya terletak di Jawa Barat dengan skema kemitraan bersama PT Pertamina dan Mitshubishi Corporation. Kemitraan yang sama juga terjalin di rencana pengembangan proyek amonia biru di Sumatera Selatan.
Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga akan bermitra dengan Inpex di proyek pengembangan amonia biru di Lapangan Gas Abadi di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Sementara untuk rencana pengembangan proyek amonia hijau akan dilakukan di empat lokasi, yakni Arun Lhokseumawe Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bontang Kalimantan Timur.
Di proyek Aceh, Pupuk Indonesia bakal bekerja sama dengan PLN, TOYO dan ACWA Power. Sementara pada proyek pengembangan amonia hijau di Jawa Barat, mereka akan bermitra dengan PLN, Mitshubishi Corporation, dan Pertamina Power Indonesia.
Pupuk Indonesia juga telah menjajaki kemitraan dengan PLN dan Pertamina Power Indonesia untuk proyek pengembangan amonia hijau di Bontang. Sedangkan proyek di Jawa Barat bermitra dengan IHI Corporation.
“Mesin-mesin kapan mulai didesain pakai amonia bukan pakai diesel. Sebagai produsen amonia terbesar di Indonesia, tidak boleh ketinggalan,” ujarnya.
Bakir menjelaskan bahwa produksi amonia biru berasal dari gas alam yang kandungan karbonnya dijernihkan oleh teknologi carbon capture and storage (CCS). Sementara produksi amonia hijau berasal dari hasil elektrifikasi udara dan air.
“Jika ada gas alam yang dialokasikan ke kami, kami siap bangun pabrik amonia biru, kalau amonia hijau kami sudah kerja sama dengan ACWA untuk membangun di Indonesia,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa