KedaiPena.Com – Kabag Humas Kemenko Maritim dan Sumberdaya Shahandra Hanityo didampingi Head of Coorporate Affair Aquafarm Indonesia Rudi Hertanto dan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Simalungun, Jarinsen Saragih meninjau Keramba Jaring Apung (KJA) PT. Aquafarm Nusantara.
Dalam kesempatan itu, rombongan juga melihat pengelolaan limbah yang dihasilkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan Danau Toba.
Rudi Hertanto, menjelaskan PT. Aquafarm Nusantara mendukung program Pemerintah dan Badan Otorita menjadikan Danau Toba sebagai Kawasan Wisata Unggulan. Pihaknya berharap Pemerintah mencari solusi terbaik agar aktivitas perikanan budidaya, dapat berjalan beriringan dengan aktivitas pariwisata dan aktivitas ekonomi lainnya. Caranya, dengan melakukan penataan dan pembinaan secara berkelanjutan.
Dijelaskan, PT Aquafarm Nusantara berkepentingan terhadap kualitas air Danau Toba yang bersih, karena keberlanjutan bisnis budidaya ikan ditentukan kualitas air yang baik. Dalam operasionalnya, PT AN menjalankan prinsip-prinsip budidaya perikanan yang berkelanjutan dengan cara budidaya ikan yang baik (CBIB).
Atas usaha itu, PT AN memeroleh penilaian sangat memuaskan (execellent) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. PT AN juga melakukan monitoring kualitas air secara mandiri setiap bulannya maupun bekerjasama dengan lembaga ternama dan monitoring eksternal per 6 bulan oleh BLH Sumatera Utara bersama dengan BLH Kabupaten. Audit juga dilakukan oleh pembeli (buyer) dari luar negeri untuk keseluruhan proses operasional dan mutu produk.​
Aquafarm Nusantara kini telah mempekerjakan sekitar 4,000 karyawan di Sumatera Utara, yang mayoritas adalah masyarakat di sekitar lokasi. Pada 1997 Aquafarm Nusantara melakukan survei ke Sumatera Utara dengan membawa 30,000 ekor benih ikan nila yang baru menetas selama 7 hari untuk dikembangbiakkan di sana.
Hasil percobaan tersebut membuahkan hasil positif, dan wilayah kerja Aquafarm pun bertambah luas. Sedangkan di Sumatera, Aquafarm Nusantara beroperasi di tiga lokasi. Kantor perwakilan terdapat di Medan, sementara pembenihan, pabrik pakan, dan pengolahan berlokasi di Serdang Bedagai. Pembesaran, yang juga dikenal dengan istilah growout, dilakukan di kawasan Danau Toba.
Aquafarm Nusantara memiliki rantai usaha yang terintegrasi dari hulu sampai ke hilir. Pembenihan dilakukan di Serdang Bedagai, ikan dikembangkan selama 3-4 bulan. Kolam-kolam pembenihan dilengkapi dengan jaring di atasnya, agar burungburung bangau tidak dengan mudah mengambil ikan. Keberadaan burung-burung tersebut tidak diganggu, karena menjaga lingkungan sekitar adalah salah satu prinsip yang diterapkan ketat oleh Aquafarm.
Setelah proses pembenihan, ikan dibesarkan di Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba hingga berumur 9 bulan. Setelah itu, ikan dibawa dalam tanki air dengan truk-truk yang menggunakan tabung oksigen khusus ke unit pengolahan. Perlu diketahui, ikan nila adalah jenis ikan yang suka ‘ngemil’, oleh karena itu para karyawan yang bertugas di unit pembesaran dengan sabar memberi makan dari pagi sampai sore hari.
Pakan yang digunakan juga merupakan pakan apung yang dibuat khusus untuk ikan nila. Tujuan utama penggunaan pakan apung ini adalah untuk memastikan agar pakan tersebut dimakan oleh ikan dan tidak tenggelam dan tidak mengotori dasar danau. Pada awalnya KJA Aquafarm Nusantara berbentuk petak, namun saat ini banyak digunakan keramba bulat.
Mengapa? Dari segi konstruksi keramba bulat lebih cocok untuk digunakan di Danau Toba, sehingga lebih awet dan dapat digunakan sampai 20 tahun. Selain juga terlihat lebih rapi, keramba bulat memiliki produktivitas yang lebih tinggi karena dapat menampung ikan dalam jumlah yang lebih banyak. Ikan nila yang telah berusia 9 bulan dibawa kembali ke Serdang Bedagai, langsung ke pabrik pengolahan untuk diolah menjadi fillet oleh para pekerja yang terampil.
Meskipun terlihat sederhana, mengolah ikan menjadi fillet tidaklah mudah, sehingga keterampilan karyawan sangat diutamakan. Apabila ikan dipotong dengan tergesa-gesa, maka fillet akan menjadi terlalu kecil sehingga produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar perusahaan.
Selain itu keselamatan sangat diutamakan, karena apabila melakukan kesalahan ketika memegang pisau, dapat mengakibatkan jari terluka. Proses pengolahan ikan, dari tahap pembersihan hingga ikan siap dibekukan, berlangsung sekitar 45 menit. Proses ini akan menghasilkan ikan dengan tingkat kesegaran yang tinggi tanpa bau amis.
Dari pabrik pengolahannya, sebagian besar ikan diekspor melalui pelabuhan Belawan ke mancanegara, terutama ke Amerika Serikat dan Eropa. Sebagian kecil juga diekspor ke Singapura, Taiwan dan Kanada. Di samping daging ikan, kulit dan sisik ikan dapat dimanfaatkan untuk bahan kosmetik, kepala dan dagingnya dimanfaatkan untuk makanan, sementara organ tubuh lainnya dimanfaatkan untuk keperluan produksi biofuel di pabrik pakan.
Perjalanan sukses Aquafarm sedari awal hingga saat ini hanya dapat dicapai melalui kerjasama antara pemilik, manajemen dan karyawan yang mayoritas adalah masyarakat sekitar. Aquafarm Nusantara selalu menjadi yang terdepan.
(Oskar/Prw)