KedaiPena.Com – Ketua Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Ferdiansyah meminta agar Dinas Kesehatan (Dinkes) dapat mencegah penyebaran DBD melalui Program Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Ferdi, sapaan akrabnya menyatakan, bahwa DBD merupakan penyakit yang setiap tahun menyerang. Melihat kondisi tersebut, Dinkes seharusnya memiliki formula untuk mencegah penyakit DBD datang kembali.
“Ya Dinkes itu kan punya program Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Program itu harusnya dapat meminimalisir wabah DBD. Tadi saya telepon Dokter Umi (Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangsel Umi Kulsum), dari awal Maret saja sudah 14 orang yang dirawat karena DBD,” kata Ferdi kepada wartawan, Rabu (11/3/2020).
Berdasarkan informasi yang berkembang, lanjut dia, alokasi anggaran di Dinkes Kota Tangsel untuk program penyakit menular, khusus penanganan penyakit DBD dari hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan tahun 2020 sebesar Rp1,4 miliar.
Selain itu, ada pula alokasi anggaran pada kegiatan program penyemprotan atau fogging sarang nyamuk sebesar Rp617,3 juta.
Anggaran ini, di antaranya, dipergunakan untuk belanja bahan bakar minyak (BBM) Rp123 juta. Jika ditotal, anggaran keseluruhan untuk pencegahan DBD ini mencapai Rp2,059 miliar.
“Dinkes dengan anggaran yang besar harus mampu menyusun program kerja yang meliputi pencegahan, penanganan dan pengobatan,” tambahnya.
Saat dikonfirmasi, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangsel Umi Kulsum menyatakan bahwa hingga saat ini ada 14 pasien teridentifikasi DBD.
“Sejak awal Maret sudah ada 14 pasien mas (teridentifikasi DBD). Paling banyak dari Pamulang. Total sejak Januari 2020 hingga saat ini, ada 87 orang yang terserang DBD,” kata Umi.
Dihubungi terpisah, Ketua Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Jumantik Kecamatan Pamulang Subekti mengatakan bahwa, meski telah dilakukan sosialisasi pencegahan DBD, lingkungan masyarakat belum dapat dipastikan terbebas dari DBD.
“Kalau ditanya aman dan berdasarkan data, belum aman (dari DBD). Selain harus minimal seminggu sekali, juga harus dilakukan bersama keseluruhan wilayah. Nyamuk kan ngga kenal batas-batas wilayah,” paparnya.
“Sebetulnya setiap minggu pagi jam 8.00 kami kirim WA edukasi tentang jumantik. Sayangnya tidak digubris. Orang lebih suka bahas korban dibanding bahas pencegahan karena ada sasaran tembaknya,” pungkas Subekti.
Laporan: Sulistyawan