KedaiPena.Com – Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) meminta Menkopolhukamm Wiranto dan Kapolri Tito Karnavian segera menuntaskan kerusuhan dengan amuk massa yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara.
“Mendesak Menkopolhukam dan Kapolri agar segera mengusut tuntas kasus (amuk massa di Tanjung Balai), menyelesaikan akar permasalahan dan menegakkan tertib sosial,†ujar Ketum PSI Grace Natalie dalam siaran pers diterima KedaiPena.Com, Sabtu (30/7).
Grace menambahkan, pihaknya juga meminta agar pihak keamanan terus melakukan monitoring serta menangkal segala upaya untuk mempolitisasi kerusuhan yang terjadi itu.
“Mendesak aparat keamanan memonitor, menangkal dan melokalisir segala upaya untuk mempolitisasi kasus ini sehingga tidak menyebarkan kebencian ras dan agama yang lebih buruk lagi,†katanya.
Sebelumnya, Grace menyebutkan, penyebab kerusuhan di Tanjung Balai hingga kini masih simpang siur. Begitupun, Grace mengatakan, alasan SARA sangat mengemuka dalam kasus itu. Apalagi melihat fasilitas yang menjadi target kericuhan.
Untuk itu, lanjut mantan presenter televise itu, pihaknya meminta agar seluruh pihak dapat menahan diri dan tetap menyikapi persoalan tersebut dengan kepala dingin.
“PSI meminta semua pihak menahan diri dan terap berkepala dingin. Perlu di ingat, rajutan kebangsaan kita merupakan tenunan dari benang-benang kebhinekaan. Tenunan kebangsaan ini perlu dijaga dan diperkokoh oleh semua warga negara. Menghormati perbedaan adalah bagian dari cara kita merawat republik yang kita cintai,†himbau Grace.
Ditambahkan, pihaknya juga meminta seluruh warga negara Indonesia agar berhati-hati dan bersikap bijak dalam menyebarkan informasi terkait kasus tersebut di media sosial.
“Dalam kondisi seperti ini diperlukan kedewasaan untuk berfikir dan bertindak sebelum memencet tombol share di media sosial, sehingga tidak menimbulkan provokasi yang potensial memperburuk situasi,†anjurnya.
Ia juga meminta kepada media massa baik cetak dan online, untuk tetap mengedepankan spirit jurnalisme damai dalam membuat berbagai pemberitaan.
“Mendesak media cetak dan online untuk megedepankan spirit “jurnalisme damai” dan mempraktikan kode etik jurnalistik dalam meliput kejadian ini. Peran media sangat krusial dalam menyelesaikan permasalahan ini,†katanya.
Diberitakan sebelumnya, amuk massa masyarakat Islam khususnya kaum pemuda itu dipicu kemarahan terhadap Meliana (41), warga jalan Karya Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan, Kota Tanjung Balai.
Meliana yang merupakan etnis Tionghoa beragama Buddha itu menegus Nazir Masjid Almakshum yang berada di jalan Karya. Meliana, meminta agar Nazir masjid mengecilkan volume Microphone Masjid.
(Dom)