KedaiPena.Com – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengeluh, belum selesainya perang dagang AS dan Cina membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap lambat di tahun 2020.
“Kita dihadapkan pada situasi berharap, kecewa, berharap, kecewa,” ujar Sri Mulyani di Hotel Westin, Jakarta, belum lama ini.
Menurut Sri Mulyani, dari sisi ekonomi global memang tidak pasti, meski sudah berharap akan ada deal antara AS dan Cina.
“Namun tiba-tiba ada perkembangan di Hong Kong, dan katanya agreement sama Cina nanti saja lah seusai Pemilu 2020,” katanya.
Selain itu, Sri Mulyani menambahkan, kondisi politik yang tidak pasti karena adanya Brexit Inggris juga telah menyebabkan kondisi ekonomi dunia semakin tertekan.
“Hari ini kita percaya proyeksinya begini, besok bisa berubah sama sekali. Ini pemberat dari kemajuan ekonomi dunia,” ujarnya.
Namun, keluhan ini malah mendapat kritik dari begawan ekonomi Rizal Ramli. Sri Mulyani adalah tipikal kebanyakan pejabat Indonesia.
“Dia selalu salahkan situasi internasional. Tidak bisa lihat apa yang bisa dilakukan di dalam negeri,” kata Rizal di Jakarta, ditulis Jumat (20/12/2019).
“Kalau kita sehat suka olahraga, lalu negara lain kena flu, kita gak akan kena. Tapi kalau badan kita lemah, salaman tangan dengan negara lain yang flu, maka kita akan kena flu juga,” kata Rizal.
“Mohon maaf Ibu Menkeu terbalik, karena terbaik untuk kepentingan kreditor dan investor, terbalik untuk kepentingan to rakyat, semua indikator makro negatif. Mulai dari CAD defisit, ‘trade‘ defisit, ‘primary balance‘ dari anggaran dan sebagainya,” beber RR, sapaan Rizal Ramli.
Sayangnya, lanjut Menko Maritim dan Sumber Daya periode pertama Presiden Joko Widodo ini, tidak ada upaya membalikkan keadaan. Padahal banyak hal yang bisa dilakukan.
“Sebagai contoh penerimaan pajak tahun ini bolong Rp150 triliun. Sehingga harus minjem lagi dengan bunga tinggi,” lanjut dia.
Ketika ekonomi krisis, maka yang seharusnya dilakikan adalah memompa daya beli. Supaya rakyat belanja, supaya ekonomi pulih lagi. Itu yang dilakukan Presiden AS, Franklin D Rosevelt.
“Pada tahun 30-an, ekonomi AS anjlok sekitar 10 tahun. Begitu dia jadi Presiden AS, dia pompa daya beli. Akhirnya ekonomi AS tumbuh dan jadi yang terbaik di dunia,” cerita Rizal.
Dan itu yang Rizal lakukan ketika menjadi Menko Ekuin jaman Presiden Gus Dur. Karena daya beli di awal reformasi anjlok, kemudian pemerintah mengambil kebijakan menaikkan gaji PNS, TNI dan pensiunan. Kenaikan pun tidak main-main, 125 persen dalam 21 bulan.
“Apa yang kemudian terjadi? Begitu rakyat kita punya uang mereka belanjakan 99 persen, dan akhirnyaa sektor ritel kembali hidup. Sementara, kalau orang kaya yang dikasih mereka simpan, dia investasi di luar negeri,” tandas Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi