KedaiPena.Com – Saat pemerintahan SBY- JK, China sangat aktif untuk mendapatkan proyek infrastruktur seperti proyek listrik 10.000 megawatt. Proyek itu kemudian didanai dari hasil pinjaman Bank Exim China dan direncanakan akan selesai hingga akhir pemerintahan SBY-JK.
Namun yang terjadi, hingga masa jabatan SBY kedua, bersama Boediono, pembangkit listrik hasil proyek Fast Track Programme (FTP) tahap I, yang dicanangkan sebesar 10 ribu megawatt (MW) tersebut baru selesai sekitar 8.500 MW.
“Sisanya diharapkan selesai 2016,” kata Arief Poyuono, Ketua Umum FSP BUMN Bersatu dalam keterangan yang diterima Redaksi, Kamis (4/2).
Namun, realiability atau keandalan proyek tersebut tidak maksimal. Hanya mampu sekitar 55 hingga 60 persen saja. Ini akibat  banyak pembangkit yang rusak, tidak sesuai dengan yang dijanjikan oleh pemerintah China.Â
“Sialnya, banyak pembangkit dibangun dari pembangkit ‘second hand’ dari China serta syarat dengan ‘mark up’,” sambung dia.Â
Akibatnya, PLN dirugikan triliunan rupiah karena harus mengantikan dengan genset genset berbahan bakar minyak. Utang pemerintah terhadap pemerintah China pun bertambah. Dan akhirnya masyarakat juga turut dirugikan dengan harga tarif dasar listrik yang setiap tahun terus naik.
“Akibat TDL tinggi yang dihasilkan oleh pembangkit yang dibangun oleh China, juga berakibat pada produk-produk yang dihasilkan industri Indonesia tidak kompetitif,” kecewa Ketua DPP Gerindra ini.
“Dan pada akhirnya banyak pabrik serta industri di Indonesia terpaksa ditutup. Dalam sepuluh tahun, Indonesia mengarah pada deindustrialisasi yang berimbas pada PHK buruh besar-besaran,” tandas dia.
(Prw/Foto: Istimewa)