KedaiPena.com – Rencana Program Susu Gratis yang diusung oleh Paslon Nomor Urut 3 Prabowo-Gibran dinyatakan sulit untuk direalisasikan karena terhambat oleh pasokan susu dalam negeri yang masih terbatas. Bahkan, Indonesia hingga saat ini masih bergantung pada impor susu dengan volume dan nilai yang cukup besar.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menilai program susu gratis sebenarnya memberikan dampak yang sangat baik, baik di hulu maupun hilirnya. Namun, ia menekankan bahwa program ini masih baru rencana, sehingga dia hanya mengatakan ‘kalau’ memang program itu harus dijalankan.
“Kalau ya, kita bicara kalau program ini memang harus dijalankan, karena ini ‘kalau’ lagi Maret nanti sudah ditentukan, pakai kalau nih. Jadi kalau ini memang harus dikerjakan, ini impactnya akan sangat baik,” kata Arief, ditulis Sabtu (2/3/2024).
Ia menjelaskan, dampak yang sangat baik itu maksudnya banyak kegiatan masyarakat yang bisa dilakukan, mulai dari hulu sampai hilir. Sebagai contoh, saat ini Indonesia masih sangat ketergantungan impor susu bubuk atau powder milk. Apabila dilakukan impor sapi perah dan diberikan kepada petani, maka Indonesia sudah bisa memproduksi susu sendiri.
“Jadi kalau itu bisa dibawa masuk sapi indukan, sapi perah, kemudian diberikan kepada petani-petani. Misalnya, satu petani 3-5 sapi perah, kemudian nanti dikumpulkan susunya. Kemudian punya nutrien yang bagus, standarnya ini nanti dihubungkan dengan industri susu,” urainya.
Arief mengaku pernah menjalankan program pemberian susu gratis melalui KJP plus untuk masyarakat Jakarta sebelumnya. Saat itu, diputuskan untuk memilih susu yang mikronutrien yakni di fresh milk atau susu segar. Adapun pilihan jenis susu lainnya, ada pasteurized milk dan susu UHT, yang safe life nya lebih panjang, karena menggunakan teknologi tetra pack.
“Jadi itu tinggal pilihan-pilihan. Kalau anak-anak, pengalaman saya di Jakarta, kalau dikasih susu yang plain itu kurang suka, karena mungkin pertama-pertama dikasih rasa coklat atau stroberi, tanpa mengurangi nilai gizinya ya,” urainya lagi.
Ia menilai rencana program ini memang masih perlu dipelajari lebih lanjut dan harus bersifat memaksa kepada murid-murid yang menerima makan siang dan susu gratis itu nantinya.
“Itu harus dipelajari betul, dan harus bersifat memaksa, harus sampai dimakan di tempat, nggak bisa di-takeaway. Jadi harus kita pastikan dimakan di tempat,” kata Arief.
Ia juga menambahkan rencana membuka keran impor sapi perah mungkin langkah yang baik untuk mengurangi ketergantungan Indonesia dalam mengimpor susu bubuk.
“Masa mau impor powder milk terus ke depannya. Kita seharusnya, kalau kita bisa kerjakannya di Indonesia itu sangat baik,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa