KedaiPena.Com- Terdapat dugaan kerugian di anak di salah satu anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mining Industry Indonesia atau MIND ID yakni MIND ID Trading.
Kabarnya potensi kerugian negara dari loss trading nikel pada tahun 2022 mencapai USD 8,6 juta atau sekitar Rp 132,5 miliar, karena harga nikel yang naik-turun pada saat itu.
Beberapa kejanggalan dan kerugian ini tercium Satuan Pengawas Internal (SPI) MIND ID melalui Kepala Satuan SPI, Dewi Sukmawati. Meski demikian, dari kabar yang diterima langkah Dewi untuk menelusuri dugaan tersebut terhalang direksi.
Dugaan kerugian itu sendiri dimulai dari instruksi Direksi yang mana segala usaha yang dijalankan MIND ID Trading ini harus melalui MIT. Salah satu contohnya saat Dirut MIT, Victor Kuo membeli baja dari perusahaan India melalui Prateek Gupta (Ushdev International).
Pengiriman barang tersebut membutuhkan clearance dari Gupta sebagai penjual. Yang menjadi kecurigaan, clearance tidak ada namun dari MIT sudah membayar sebesar US$40 juta. Traksaksi sebesar itu dilakukan di bawah kendali MIT, dalam hal ini terutama Danny Praditya dan Devi Pradyna Paramita.
Selanjutnya pada pertengahan 2022, MIT melakukan trading nikel sebesar US$10 juta melalui Trafigura. Usut punya usut, barang yang didapat bukan nikel sehingga membuat MIT rugi.
Dengan situasi tersebut, target penjualan jauh panggang dari apinya sehingga berdampak pada kelebihan stok nikel (ferronickel) di gudang penyimpanan MIND ID dengan jumlah hampir 3 ton.
Sementara, kelebihan stok (overstock) ini dapat meningkatkan risiko kerusakan/penurunan kualitas pada stok nikel yang ada. Selain itu, overstock juga menambah beban biaya perusahaan dalam bentuk biaya penyimpanan juga biaya kerusakan.
Agar MIND ID Trading dapat tetap melakukan fungsi perusahaan secara normal, perusahaan ini membutuhkan cash buffer sebesar minimal Rp1 triliun. Akan tetapi, per Juni 2022, cash buffer perusahaan berada 56% di bawah target.
Dilansir dari Suara.com, Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf tidak secara gamblang membantah adanya dugaan kerugian tersebut.
Namun dia mengakui bahwa MIND ID Trading sebagai Perusahaan Trader yang 100% sahamnya telah dimiliki oleh MIND ID sejak tahun 2020. Kemudian, secara kinerja yang MIND ID Trading menunjukkan positif dan pertumbuhan siginifikan hingga 2 tahun terakhir.
“Secara over all tercatat Peningkatan Net Profit hingga lebih dari 170% dari tahun sebelumnya, dari 10 juta USD pada tahun 2021, menjadi 17 juta USD pada akhir tahun 2022 dengan Return on Equity (ROE) sebesar 58%,” ujar Heri seperti dikutip dari Suara.com.
Ia pun menuturkan, bahwa pencatatan kinerja ini juga telah melalui proses audit sesuai dengan Singapore Financial Reporting Standards (SFRS).
MIND ID Trading sendiri merupakan perusahaan trading arm milik MIND ID. Perusahaan yang sebelumnya bernama Indometal Corporation Asia Pasific yang berkedudukan di Singapura. MIND ID Trading memiliki aturan tidak membolehkan melakukan kontrak penjualan tersendiri, melainkan harus melalui MIT yang berkantor pusat di Singapura.
Instruksi tidak boleh melakukan penjualan tersendiri ini atau centralized commercial fungtion (CCF) dilakukan tanpa ada hitam di atas putih, hanya melalui instruksi langsung dari direksi. Instruksi itu dijelaskan direksi MIND ID, karena kinerja penjualan triwulan yang jauh di bawah target.
Anak perusahaan dengan pengaruh besar, seperti memiliki jalur ke perusahaan MIT, sangat janggal dengan tidak memiliki informasi apapun, setidaknya memiliki website resmi. Padahal perusahaan itu sudah dibentuk sejak tahun 2019.
Direktur Utama MIT yaitu Victor Kuo, yakni seorang warga negara Singapura. Disinyalir bahwa perusahaan MIT ini dioperatori oleh Nusantara Suyono (Direktur Manajemen Risiko Wijaya Karya, eks Direktur Keuangan PGN).
Nusantara Suyono merupakan satu almamater dengan Hendi Prio Santoso di Houston AS. Ia juga merupakan Direktur di Petrogress, sebuah perusahaan energi yang berbasis di Piraeus, Yunani. Sebagian besar Direksi dan pengurus perusahaan MIT dari kelompok Hendi selama masa di PGN.
Tak hanya itu, sebagian besar Direksi MIND ID juga ikut menghandel MIT. Mereka adalah Hendi Prio Satrio (Direktur Utama), Danny Praditya (Direktur Operasi dan Portofolio), serta Devi Pradyna Paramita (Direktur Keuangan).
Laporan: Tim Kedai Pena