KedaiPena.com – Selama 2-3 hari di akhir Oktober, cuaca cerah terpantau di sebagian besar wilayah Indonesia karena pengaruh siklon tropis Nalgae di dekat Filiphina. Badai siklon Nalgae ini menarik awan-awan di wilayah Indonesia sehingga dalam beberapa hari terakhir Indonesia minim awan. Inilah yang menyebabkan udara terasa panas dan kering pada akhir Oktober lalu.
Meskipun demikian, Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer-BRIN, Erma Yulihastin menyatakan memasuki awal November, ancaman cuaca ekstrem karena dinamika pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia kembali terjadi.
Berdasarkan data dari Decision Support System untuk mengetahui potensi musim di Indonesia yaitu Kajian Awal Musim Indonesia jangka Madya (KAMAJAYA) yang dikembangkan oleh Pusat Riset Iklim dan Atmosfer-BRIN, selama periode dasarian pertama bulan November, terdapat potensi pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia dekat Sumatra.
“Hal ini dibuktikan dengan pemantauan terhadap sata satelit awan Himawari yang menunjukkan bahwa saat ini telah terjadi pembentukan badai vorteks yang telah masuk dalam kategori depresi tropis atau bibit siklon tropis yang dinamakan 93S di Samudra Hindia dekat Sumatra bagian tengah,” kata Erma, Kamis (3/11/2022).
Ia menjelaskan bahwa siklon tropis 93S ini menimbulkan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Sumatra dan Jawa. Cuaca ekstrem dapat ditunjukkan melalui hujan yang turun dengan intensitas bervariasi dari sedang hingga ekstrem yang juga dapat terjadi secara sporadis maupun persisten.
“Hujan dikatakan sporadis jika terjadi dalam durasi singkat atau kurang dari 1 jam, namun memiliki intensitas yang tinggi. Sementara itu, hujan dikatakan persisten jika terjadi lebih dari 6 jam dengan intensitas bervariasi dari hujan ringan hingga ekstrem,” paparnya.
Selain hujan sporadis atau persisten, cuaca ekstrem berupa angin kencang mengancam sejumlah wilayah di Sumatra khususnya Sumatra bagian utara.
“Hujan ekstrem disertai angin kencang berpotensi terjadi di wilayah tersebut karena pembentukan badai berpola garis-garis hujan atau disebut squall line yang pada awalnya terbentuk di sepanjang pesisir barat Sumatra dari Aceh hingga Bengkulu,” paparnya lagi.
Badai squall line yang terbentuk di Sumatra bagian utara bahkan berpotensi terus menjalar menuju timur laut hingga mencapai Selat Malaka dan menimbulkan hujan ekstrem dan angin kencang di sejumlah wilayah di Malaysia.
“Kondisi ini dapat bertahan hingga beberapa hari karena dipengaruhi oleh prakondisi pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia dekat dengan bagian utara Sumatra,” kata Erma mengakhiri.
Laporan: Ranny Supusepa