KedaiPena.Com – Dengan adanya ‘presidential threshold‘, maka akan menyebabkan polarisasi akan semakin kuat. Karena kompetisinya tidak dibangun dengan kaderisasi.
Demikian disampaikan Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) di Jakarta, ditulis Minggu (14/6/2020).
“Tidak ada basis ideologis dalam pendukung pilpres. Tidak ada basis programatik juga. Karena koalisi yang terbangun tidak alamiah, terpaksa, daripada tidak punya calon,” ujarnya.
Kemudian, yang dibicarakan parpol kepada rakyat bawah, hanya yang penting bisa menang, tidak programatik. Akhirnya segala cara digunakan, pragmatis.
Selain bertentangan dengan konstitusi, pemberlakuan ambang batas presiden melemahkan partisipasi perempuan. Bila setiap partai boleh mengusung, boleh jadi ada perempuan yang diusung.
“Seperti contohnya Grace Natalie dari PSI dan Titik Suharto dari Partai Berkarya. Ini kerugian yang tak banyak diulas, bahwa presidential threshold mempersempit ruang partisipasi perempuan.
Sementara Anggota DPR Fraksi PAN, Andi Yuliani mengatakan pihaknya setuju presidential threshold 0%.
“Kita setuju sebanyak-banyaknya calon presiden. Kalau dari awal kita sudah dikekang hanya 2 calon, maka belajar dari kemarin (2019), akhirnya masyarakat yang jadi ‘head to head‘,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi