KedaiPena.Com- Presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming mengedepankan politik merangkul. Prabowo-Gibran mengajak lawan politiknya di Pilpres 2024 untuk bergabung ke dalam pemerintahannya.
Menanggapi hal tersebut Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengingatkan, bahwa koalisi gemuk tak jarang kerap menyebabkan pemerintah tak efektif dan efisien.
“Pada konteks yang lain, koalisi gemuk tak jarang menyebabkan pemerintahan tidak efektif dan tidak efisien,” kata Karyono, Sabtu,(27/4/2024).
Terlebih, kata Karyono, prinsip dasar pembentukan kabinet pemerintahan sekadar dimaknai untuk bagi-bagi kekuasaan. Maka, lanjut dia, orientasi pembangunan nasional bergeser menjadi pemenuhan kepentingan kelompok.
“Karenanya, perlu ada partai di luar pemerintahan yang berfungsi untuk mengontrol jalannya pemerintahan agar ada check and balance yang diharapkan meminimalisasi terjadinya penyimpangan kekuasaan (abuse of power),” beber Karyono.
Karyono memahami, problematika sistem presidensial pada umumnya terjadi ketika dikombinasikan dengan multipartai. Apalagi tidak ada single majority party yang memperoleh suara lebih dari 50 persen plus 1.
“Persoalan kerap muncul ketika terjadi fragmentasi dan polarisasi yang tinggi sehingga berdampak pada sikap politik di parlemen yang dapat mengganggu relasi lembaga eksekutif dengan legislatif,” ungkap Karyono.
Atas dasar itulah, tegas Karyono, siapapun pemenang pilpres cenderung mengambil langkah politik kompromis dengan merangkul lawan politik untuk menghindari deadlock.
“Sistem ini di satu sisi menciptakan stabilitas pemerintahan tetapi di sisi lain kabinet pemerintahan yang dibentuk dari hasil kompromi ini mmenyebabkan prinsip check and balance tidak berjalan maksimal,” tandas Karyono.
Laporan: Muhammad Lutfi