KedaiPena.Com – Kasus penembakan Subaidi, warga desa Tamberu Timur, Sokobanah, Sampang, Madura, masih simpang-siur dan menuai kontroversi.
Berbagai pemberitaan media ada yang mensinyalir kasus tersebut ada kaitannya dengan politik pilpres, tapi ada juga yang menganggapnya kasus kriminal murni.
Bahkan beberapa tokoh nasional sudah ada yang mengeluarkan statemen agar masyarakat tidak mengunggah status bernada kebencian di dunia maya alias ‘dumay’.
Pihak kepolisian sendiri masih terus mendalami kasus penembakan yang mengakibatkan hilangnya nyawa Subaidi, lelaki yang berprofesi sebagai tukang gigi ini. Sementara tersangka, Idris, sudah ditahan oleh Polres Sampang.
Menanggapi berbagai versi pemberitaan yang berbeda versi tersebut, Nizar Zahro, anggota DPR RI Komisi X, Dapil Jawa Timur XI mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangkan kejadian itu.
“Saya sangat berharap pihak aparat penegak hukum agar bisa mengusut tuntas kasus tersebut secara terang benderang, dari mana dapat pistol rakitan atau pistol asli itu di dapatkan”, ujar DPR dari Fraksi Gerindra itu dalam keterangan kepada KedaiPena.Com, Jumat (30/11/2018).
Nizar melanjutkan, bahwa demi keadilan dan untuk memberikan efek jera kepada masyarakat, pihaknya sepakat kalau pelaku penembakan yang memiliki pistol itu agar dijerat pasal berlapis tentang pembunuhan berencana.
“Harus ditindak tegas. Kalau perlu hukuman mati,” ujar Nizar.
Oleh sebab itu, Nizar meminta agar pihak Kepolisian Daerah Jawa Timur dapat segera mungkin bisa menuntaskan kasus ini secara terang benderang.
Penyelesaian kasusnya, sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang dimiliki Indonesia telah mengatur mengenai pembunuhan berencana pada pasal 340 KUHP.
Dia pun meminta agar penyelesaikan kasus pembunuhan Subaidi harus diselesaikan dengan cepat jika tidak segera diatasi, akan sangat mungkin di persepsikan ke masalah lain.
“Jadi, sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan politik jangan tiba-tiba di-‘framing’ menjadi isu politik nasional. Sampai presiden Jokowi ikut berkomentar,” tambahnya.
Sebagai anggota legislatif kelahiran Bangkalan, Madura, dirinya paham bahwa kasus pembunuhan Subaidi adalah urusan harga diri.
“Saya paham bagaimana kultur dan psikologi orang Madura. Jangan sampai kasus ini dibelokkan ke masalah yang lain. Supaya jernih dan tidak menimbulkan kejadian yang serupa di tempat lain,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan, bahwa Subaidi adalah salah satu alumni pesantren terbesar di Madura. Jangan sampai kasus ini menjadi api dalam sekam.
“Dan sekarang organisasi alumni di mana korban pernah mondok, sudah menyatakan sikap yang tegas. Saya khawatir kalau pihak yang berwajib tidak segera mengusut kasus ini dengan tuntas dan seadil-adilnya, maka akan timbul masalah yang lebih besar lagi,” tandasnya.
Diketahui, Idris (30) menembak Subaidi (40) pada Rabu (21/11/2018) lalu. Persoalan ini bermula ketika akun Idris berkomentar di laman Facebook seseorang yang mem-posting ‘Siapa pendukung Jokowi yang ingin merasakan pedang ini’. Akun milik Idris memberikan komentar ‘Saya pingin merasakan tajamnya pedang tersebut’.
Keesokan harinya, Idris didatangi seseorang yang tidak terima atas komentarnya di laman Facebook itu. Kepada orang yang mendatangi itu, Idris mengatakan akun Facebook miliknya sudah tidak bisa dia kendalikan karena ponsel miliknya sudah dijual.
Sehari kemudian, viral video yang memperlihatkan Idris saat didatangi orang tersebut. Polisi menyatakan posting-an di video itu dibumbui kalimat yang menyudutkan dan mengancam Idris.
Idris, yang tidak terima dengan video itu, kemudian menghampiri Subaidi, yang diketahui merupakan pengunggah video itu. Idris menembak Subaidi di dada kiri hingga akhirnya tewas.
Laporan: Muhammad Hafidh