KedaiPena.Com – Pergerakan politik jelang Pilpres 2019 semakin dinamis. Beragam kemungkinan pasangan capres-cawapres mengemuka.
Yang paling anyar adalah sejumlah politisi Partai Demokrat (PD), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang menggelar pertemuan pada Kamis (8/3/2018).
Diyakini, pertemuan itu membahas sejumlah hal terkait Pemilu 2019, termasuk kemungkinan membentuk poros ketiga atau poros tengah.
Poros ini berada di luar partai yang mendukung kembali Joko Widodo sebagai calon presiden pada pilpres 2019 maupun poros Partai Gerindra serta PKS yang akan mengusung Prabowo Subianto.
Yang jadi masalah, tokoh ketiga parpol itu belum mumpuni. Baik Agus Harimurti Yudhoyono pemilik trah SBY, Zulkifli Hasan nahkoda PAN ataupun Muhaimin Iskandar dari PKB.
Namun, aktivis Pergerakan Rakyat (Perak) Sojo Dibacca punya solusi atas masalah ini. Ia pun yakin poros ketiga menjadi pendobrak stagnansi politik yang ada.
“Tinggal dicari capresnya saja. Saya rasa sosok Rizal Ramli bisa dikedepankan sebagai capres poros ketiga,” kata dia kepada KedaiPena.Com, Sabtu (10/3/2018).
Bukan tanpa alasan, RR sapaan Rizal terbukti moncer ketika diberi amanah. Lihat saja ketika menjadi Menko Ekuin zaman Gus Dur. Dalam 21 bulan, pemerintahan Gus Dur, economic growth meningkat dari -3% ke 4,5%, utang luar negeri berkurang US$ 4,15 miliar.
“Ditambah lagi ekspor naik dua kali, gaji PNS naik dua kali hingga 125% dan gini index terendah sepanjang sejarah (0,31),” papar Sojo.
Rizal yang sudah mendeklarasikan diri maju di Pilpres 2019, lanjutnya, juga berjanji, dengan potensi sumber daya alam yang besar, rakyat yang rajin & ingin bekerja, ekonomi Indonesia bisa ditingkatkan ke 10% pada 2019-2024.
Secara komunikasi politik, RR juga masuk dengan tiga parpol tersebut. Dengan PAN, RR merupakan pendiri utama bersama Amien Rais.
“Bisa dicek laman resmi PAN, www.pan.or.id. Rizal bersama Amien Rais, almarhum AM Fatwa dan tokoh lainnya ikut mendirikan PAN. Rizal juga dekat dengan Muhammadiyah yang memiliki ikatan batin dengan PAN,” papar Sojo.
Lalu dengan PKB, Rizal dekat dengan kalangan Nahdliyin, bahkan diberi gelar Gus Romli. Ya, patut diketahui, hubungan historis NU dengan PKB memang erat. Sampai-sampai, Ketum Cak Imin harus sowan dengan kiai langitan NU untuk diberi arahan bagaimana langkah menjelang Pilpres 2019.
“Untuk dicatat, Wasekjen PKB sekaligus Ketua Bapilu, Daniel Johan menyambut positif langkah RR untuk nyapres,” Sojo mengingatkan.
Terakhir dengan Demokrat, di mana SBY yang menjadi sosok sentral. Sejoli ini pernah bahu membahu menjadi pembantu Gus Dur di Kabinet Persatuan Nasional. Rizal Menko Ekuin, SBY Mentamben. Mereka dan almarhum Nurcholis Majid juga bersama-sama dalam tim Komite Reformasi ABRI.
“Hubungannya sempat memanas saat SBY menjadi presiden, tapi sekarang sudah adem lagi. Buktinya keduanya sempat bertemu bulan Januari lalu,” tandas eksponen 98 ini.
Untuk diketahui, ada beberapa poros muncul jelang 2019. Poros pertama yang dipimpin PDIP dengan mencalonkan kembali Jokowi.
Di sini ada Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP. Poros kedua ada Gerindra dan PKS dengan mengusung Prabowo. Kedua poros ini sudah memenuhi ambang batas bawah kursi parlemen dan suara.
PDI bersama partai pendukungnya memiliki 51,66 persen kursi di DPR. Gerindra memiliki 73 kursi dan PKS 40 kursi di parlemen. Dengan total 113 kursi maka Prabowo telah mengantongi 20,17 persen kursi di DPR.
Tiga partai lainnya belum menentukan pilihan, yakni Demokrat, PAN, dan PKB. Jumlah kursi mereka di DPR jika digabungkan mencapai 27,94 persen. Ini artinya, mereka bisa mencalonkan capres sendiri dengan membuat poros baru atau poros ketiga.
Laporan: Muhammad Hafidh