KedaiPena.Com – Nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimuti Yudhoyono (AHY) disebut-sebut bakal mencuat dan menjadi sosok pesaing utama di pilpres 2024 pasca masuknya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam kabinet Indonesia maju.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bakomstra DPP Partai Demokrat Ossy Dermawan mengakui telah mengamati ada gelombang kekecewaan rakyat yang cukup besar ketika Prabowo-Sandi, yang kalah dalam Pilpres 2019 menjadi satu gerbong dengan penguasa saat ini.
Menurut Ossy, ada tiga alasan utama kekecewaan masyarakat, termasuk jutaan pendukung Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019.
“Pada awalnya, mereka menaruh harapan terhadap Prabowo-Sandi, yang walaupun kalah dalam Pilpres 2019, tetap berperan sebagai corong masyarakat dan penyeimbang terhadap pemerintahan. Ternyata itu sudah tak bisa lagi mereka harapkan karena Prabowo-Sandi di dalam kabinet,” tegas Ossy, Senin, (28/12/2020).
Terlebih lagi, Ossy menilai, dalam pertarungan Pilpres 2019 kemarin, mereka merasa sudah mati-matian membela dan mendukung Prabowo-Sandi.
“Mereka tidak hanya mengorbankan materi atau uang bahkan pada saat masa-masa “panas” dalam Pilpres 2019 kemarin, mereka pun siap mengorbankan jiwa dan raga,” papar ajudan pribadi Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.
Tidak hanya itu, kata Ossy, kekecewaan semakin menjadi-jadi lantaran Prabowo di kabinet Indonesia Maju saat ini tidak menepati janjinya untuk mewakili rakyat dan membela rakyat.
“Pada saat Prabowo menjadi Menteri Pak Jokowi, beliau berdalih akan mewakili masyarakat dan selalu membela rakyat. Ternyata yang terjadi, anak buah beliau harus tersandung kasus korupsi Lobster. Ini cukup menyakiti hati rakyat,” tegas Ossy.
Dengan demikain, Ossy menilai, menjadi wajar jika kemudian ada yang memprediksi popularitas dan elektabilitas, AHY semakin bertambah seiring dengan kekecewaan rakyat terhadap masuknya Prabowo dan Sandi ke dalam kabinet saat ini.
“Walaupun sebenarnya, popularitas dan elektabilitas AHY juga bertumbuh secara baik dari waktu ke waktu,” tandas Ossy.
Laporan: Muhammad Hafidh