KedaiPena.Com – Greenpeace Indonesia memasang sebuah pesan pada poster berukuran raksasa di papan iklan yang berlokasi di Jalan Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Poster besar yang berada di depan halaman Taman Ria Senayan memiliki pesan #WeBreathTheSameAir.
Papan iklan tersebut dipasang oleh sejumlah aktivis Greenpeace untuk memasang data kualitas udara Jakarta yang diambil dari rata-rata 5 pemantauan alat kualitas udara milik beberapa institusi berbeda.
Lima institusi tersebut antara lain BMKG di Kemayoran, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta Pusat dan Selatan Serta 3 alat lainnya milik Greenpeace Indonesia yang berlokasi di Rawamangun, Pejaten Barat dan Mangga Dua Selatan.
Berdasarkan data yang diolah dari dua stasiun pantau PM 2.5 di Jakarta Pusat dan Selatan dalam satu bulan terakhir kualitas udara di Jakarta memiliki lebih dari 22 hari yang masuk ke dalam kategori tidak sehat. Bahkan menurut versi aplikasi pemantauan udara AirVisual.
Jakarta sendiri menduduki nomor satu predikat kualitas udara buruk di antara kota-kota besar di dunia pada 11 Agustus 2018, di mana angka rata-rata harian di Stasiun Pantau PM 2.5 di Kemayoran Jakarta milik BMKG menunjukan angka 87,3 µg/m³
Sementara data stasiun pemantauan ISPU pada tanggal yang sama di Jagakarsa, Kelapa Gading dan Kebon Jeruk milik Pemerintah DKI Jakarta pada saat itu juga menunjukan kategori tidak sehat.
Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu berharap, agar pemasangan angka kualitas udara Jakarta ini dapat memberikan peringatan kepada publik serta para delegasi pesta olahraga Asian Games.
“Pemerintah harus mencari solusi nyata, karena mata dunia sedang tertuju pada Indonesia sebagai penyelenggara pesta olahraga terbesar se-Asia. Solusi menekan sumber polusi harus dilakukan dalam satu komando yang jelas, karena ini akan mencakup lintas Kementerian dan kepentingan, mulai dari permasalahan transportasi, industri sampai pembangkit yang harus dibatasi dan diatur secara ketat,” ucap Bondan kepada wartawan, di Jakarta, ditulis Rabu (22/8/2018).
Dia menambahkan, kualitas udara yang buruk dapat membahayakan kesehatan warga dan meningkatkan risiko kematian dini. Partikel polutan yang paling berbahaya PM 2.5 dapat terhirup dan mengendap di organ pernapasan.
Jika terpapar dalam jangka panjang, kata dia, PM 2.5 dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut terutama bagi anak-anak, hingga kanker paru-paru.
“Selain itu, PM 2.5 dapat meningkatkan kadar racun dalam pembuluh darah yang dapat memicu stroke, penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung lainnya, serta dapat membahayakan ibu hamil karena berpotensi menyerang janin,” ungkap dia.
“Ini adalah ancaman kesehatan nyata bagi semua orang, mulai dari balita, anak-anak, atlet dunia yang saat ini berkunjung ke Jakarta hingga jutaan pekerja yang setiap harinya hilir mudik di Jakarta. Ini adalah kepentingan kita bersama, akses terhadap udara bersih adalah hak hidup masyarakat,” tambah Bondan.
Bondan megungkapkan, tingkat polusi udara yang sangat tinggi telah menimbulkan biaya kesehatan dan kerugian ekonomi yang besar. Pada tahun 2010 misalnya, penelitian Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan dari total penduduk Jakarta yang mencapai 9.607.787 jiwa, sebanyak 57,8 persen berpenyakit akibat polusi udara.
“Total biaya kesehatan yang harus dibayar warga Jakarta mencapai Rp 38,5 triliun,” tegas Bondan.
Dengan kondisi demikian, kata dia, sudah saatnya indonesia mempunyai standar baku mutu PM 2.5 yang lebih ketat dan memprioritaskan penambahan stasiun pemantau udara yang juga mengukur angka PM 2.5.
Hal tersebut juga harus dilengkapi dengan kajian ilmiah berupa Emission Inventory secara berkala sehingga keberhasilan kebijakan untuk memperbaiki kualitas udara dapat lebih terukur.
“Sumber polutan tidak berbatas teritori. Harus diperhitungkan sumber polusi bergerak dan tidak bergerak seperti industri dan pembangkit yang berlokasi di luar Jakarta tetapi menyumbang polusi signifikan sampai ke Jakarta,” tutup Bondan.
Laporan: Muhammad Hafidh