KedaiPena.Com – Politisi PDIP Henry Yosodiningrat merasa geram dengan pihak yang menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) hanyalah korban tragedi 65. Bagi Henry anggapan tersebut hanyalah upaya pemutarbalikkan fakta sejarah.
Henry pun mengatakan, keadaan tersebut mulai berubah setelah ada yang mengatakan memutarbalikkan fakta baik dalam seminar, forum TV dan tulisan-tulisan, buku-buku yang dibuat, dicetak dan diedarkan. Isinya seakan-akan PKI Â tidak menculik tidak menyiksa tidak menembak dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan biadab.
“Masih ada para saksi mata, korban-korban kebiadaban PKI, keluarga ulama kyai-kyai di Jatim, di Jateng khususnya masih hidup dan sanggup disumpah dibawah kitab suci (dan dimintai keterangan),” ungkap Henry kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (23/9).
“Saya sakit hati dengan mereka yang mengatakan bahwa PKI tidak menculik dan tidak membunuh,” lanjut Anggota Komisi II DPR ini.
Henry menegaskan, kekejaman yang dilakukan PKI bukanlah isapan jempol semata. Henry mengungkapkan, dirinya dan keluarganya pernah merasakan ancaman dan teror yang dilakukan PKI saat itu.
“Ketika pra peristiwa G30S/PKI, saya masih ingat saat saya kelas 3 Sekolah Rakyat (SR). Waktu itu ayah saya sebagai camat di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Utara (sekarang Lampung Barat), saya sering melihat berbagai kegiatan ‘underbow’-nya PKI seperti Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan Gerwani,” beber Henry.
“Saat itu saya merasakan suasana mencekam pasca peristiwa G30S/PKI. Bahkan, saya pernah membaca daftar nama yang akan dibunuh oleh PKI di Kecamatan Balik Bukit (di antaranya Ayah saya dan beberapa ulama setempat),” sambung Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) itu.
Atas dasar tersebut, Henry meminta agar peristiwa kelam tahun 65 tersebut seharusnya tak perlu diungkit kembali dengan dalih menuntut hak sebagai korban. Henry menilai, hal tersebut sebaiknya dibiarkan  menjadi potongan sejarah yang tak perlu diingat. Dan tidak elok juga ketika ada pihak yang mendorong serta meminta agar negara meminta maaf pada PKI.
“Kejadian demi kejadian bahkan sekarang mencuat terkenang kembali oleh para saksi-saksi mata yang sebenarnya sudah mencoba untuk memendam dalam-dalam ingatan itu, karena sangat menyakitkan,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh