KedaiPena.Com – Pertemuan Prabowo Subianto dan Joko Widodo di Stasiun MRT Lebak Bulus sedikit menghebohkan. Disebut sebagai awal dari rekonsiliasi. Sepertinya Prabowo mengalah dengan pertemuan awal seperti ini.
Pemerhati Politik M Rizal Fadillah memgatakan, alasan pertemuan tentu bisa dibuat. Demi persatuan, demi kestabilan berbangsa atau alasan lain yang rasional. Hanya apapun itu, sambung dia, nyatanya kredibilitas Prabowo tentu merosot di kalangan pendukung.
“Lebak Bulus menimbulkan pertanyaan apakah ini bagian dari akal bulus. Akal dominan dan sarana desain ada pada Jokowi, ia yang di tengah tudingan curang kini mendapat pengakuan selamat terpilih dan selamat bekerja. Ini hasil akal itu,” kata pria yang tinggal di Bandung ini kepada KedaiPena.Com, Minggu (15/7/2019).
“Modal besar untuk melumpuhkan gumpalan perlawanan karena pemimpin sudah takluk dan tersedot dalam pusaran. Legitimasi dari tokoh puncak sudah didapat. Loyalis yang tak setuju akan memperlemah kekuatan lawan, perpecahan,” sambung dia.
Masih katanya, akal Prabowo juga berjalan. Ia korbankan reputasi untuk menolong orang orang yang ditahan dan tersandera lawan. Mungkin ia buat efek konflik yang melemah sambil terus mengupayakan langkah hukum. Harapan jika menang di Mahkamah Agung (MA) atau Mahkamah Internasional (MI), tidak deras lagi perlawanan kubu Jokowi.
“Jika akal pendek jalan, ya otak atik jabatan untuk teman-teman. Bahasa klise rontokkan dari dalam ini yang disebut dengan “political decaying”,” sambungnya.
Akal rakyat juga berputar dengan kecerdasan ruhani. Tentu lebih tulus. Tak ada kompromi. Bagaimana kecurangan yang ditudingkan dari kemenangan bisa diucapkan selamat terpilih dan bekerja.
“Akal ini menyatakan kita berjuang bukan untuk atau karena orang tapi idealisme perjuangan. Kedaulatan rakyat yang harus dipulihkan. Tak peduli apakah penghalang kedaulatan itu Jokowi atau Prabowo. Dua duanya adalah pemimpin yang lemah. Atau ada “kekuatan” yang melemahkan,” lanjut dia.
Politik terus bergerak. Lebak Bulus bukan parameter dari sukses akal bulus. Pertarungan tetap antara kecurangan dengan kejujuran, kezaliman dengan keadilan, oligarkhi dengan demokrasi serta kedaulatan penguasa dengan kedaulatan rakyat. Akal bulus tak pernah menang dan jika menang pun sementara saja.
“Manusia punya rencana namun Allah pun punya rencana. Rencana Allah yang akan menang. Jangan tertawa dulu para perekayasa politik. Akal bulus tak bisa merontokkan akal lurus dan hati tulus. Kebenaran itu tak terbantahkan, kejahatan mungkin menyerang, ketidaktahuan mungkin melecehkan, tapi pada akhirnya kebenaran itu ada dan terbukti,” Rizal melanjutkan.
“‘Thruth is incontrovertible, malice may attack it, and ignorance may deride it, but, in the end, there it is’,” tandas Rizal mengutip Winston Churchill.
Laporan: Muhammad Hafidh