KedaiPena.Com – Begawan Ekonomi Rizal Ramli angkat bicara soal dugaan manipulasi akunting yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia. RR begitu ia disapa mengkritik keras dan bahkan menyindir hal tersebut.
Kritik RR sendiri disampaikan melalui akun Twitter @RamliRizal. Dalam cuitannya itu, awalnya RR mengaku memberikan ucapan selamat kepada Garuda lantaran laporan keuangannya menunjukkan untung.
“Tadinya sudah kasih ucapan selamat, tapi ternyata hanya sekedar manipulasi akunting,” cuit RR seperti dikutip oleh KedaiPena.Com, Jumat (26/4/2019).
“Maaf ucapan selamat kami tarik kembali,” tulis RR, mengomentari pemberitaan yang mempertanyakan pengawasan Rini, sehingga muncul dugaan manipulasi keuangan di Garuda Indonesia.
Diketahui, PT Garuda Persero Tbk tanpa diduga berhasil mencatatkan kinerja cemerlang pada 2018. Bukan ruginya lagi yang menurun, tapi perusahaan mencetak laba bersih US$809,84 ribu atau Rp11,33 miliar (Rp14.000 per dolar Amerika Serikat).
Namun, berita itu rupanya tak disambut baik oleh seluruh pihak. Dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak menandatangani laporan buku tahunan Garuda 2018.
Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd selaku pemilik dan pemegang 28,08 persen saham Garuda Indonesia. Mereka tak sepakat dengan salah satu transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi yang dibukukan sebagai pendapatan oleh manajemen.
Dalam surat yang didapatkan oleh awak media ketika Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) berlangsung pada Rabu (24/4) tertulis bahwa Mahata bekerja sama secara langsung dengan PT Citilink Indonesia.
Melalui kesepakatan itu, keuntungan yang diraih Grup Garuda Indonesia sebesar US$239.940.000, dengan US$28.000.000 di antaranya merupakan bagi hasil Garuda Indonesia dengan PT Sriwijaya Air.
Hanya saja, perusahaan sebenarnya belum mendapatkan bayaran dari Mahata atas kerja sama yang dilakukan. Namun manajemen tetap menuliskannya sebagai pendapatan, sehingga secara akuntansi Garuda Indonesia menorehkan laba bersih dari sebelumnya yang rugi sebesar US$216,58 juta.
Kejanggalan yang diungkapkan kedua komisaris lewat sepucuk surat ini nyatanya tak mengubah sikap manajemen. Bahkan, dalam RUPST laporan keuangan Garuda Indonesia tahun lalu diterima oleh mayoritas pemegang saham.
“Laporan tidak berubah, sudah diterima. Tapi dengan catatan ada dua opini yang berbeda,” ucap Chairal yang ditemui usai RUPST di Hotel Pullman, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Laporan: Muhammad Hafidh