KedaiPena.Com – Bahan bakar fosil atau fosil fuels tengah menjadi perbincangan. Pasalnya,kegiatan membakar fosil fuels yang mengkonversi menjadi sesuatu yang tidak menggunakan bahan bakar fosil bisa mendapatkan kompensasi atau diperdagangkan (carbon trade).
Hal tersebut disampaikan penggiat carbon trade Poempida Hidayatullah dalam diskusi yang digelar di booth Gowes Untuk Bumi dengan tema Udara Bersih Menjadi Tanggung Bersama. Diskusi ini digelar di II Outfest 2022 di lapangan eks Telkom, Senayan, Jakarta, Sabtu,(6/8/2022).
“Yang namanya konservasi lingkungan hidup dalam bentuk apapun atau mengkonversi kegiatan yang membakar fosil fuel dikonversi menjadi sesuatu yang tidak menggunakan fosil fuels, itu bisa mendapatkan kompensasi ada namanya carbon credit. Kalau sekarang, hanya carbonnya saja yang dikejar dalam berbagai macam bentuk. Salah satu bentuknya adalah diperdagangkan,” kata Poempida.
Poempida mencontohkan, seperti di pusat konservasi hutan dapat dihitung CO2 yang diselamatkan atau tidak direlease ke udara.
“Jadi ada hal-hal yang bisa dikonversi dari kegiatan yang pro terhadap konservasi alam. Seperti di pusat konservasi hutan, bisa dihitung CO2 yang diselamtakan atau yang tidak di release ke udara itu berapa juta ton. Nanti jumlah itu akan dikonversi. Saat ini per ton-nya adalah rata-rata 7 dollar Amerika Serikat (AS). Kalau kita selamatkan 7 juta ton per tahun, bayangin, berarti ada 7 juta dollar AS bisa kita dapatkan. Ini paling murah,” papar Poempida.
Dengan demikian, tegas Poempida, berinvestasi carbon di Indonesia bisa menjadi income atau pemasukan baru negara. Terlebih, dengan hutan yang luas, Indonesia bisa menjadi penyerap emisi karbon.
“Ini potensi income baru bagi republik ini. Karena kita punya sourcing yang banyak sekali untuk carbon trade,” pungkas mantan Fungsionaris Partai Golkar ini.
Laporan: Muhammad Hafidh