KedaiPena.Com – Sekitar 500 emak-emak dari Gerakan Rakyat Anti Pemilu Curang melakukan aksi long march sejauh 3 km dari KPU Jawa Barat ke Bawaslu Jawa Barat (15/5/2019).
Dalam keadaan berpuasa, para emak-emak ini juga menggelar atraksi pocong yang menandakan banyaknya korban meninggal dalam pemilu kali ini, kurang lebih 600 petugas pemilu tewas.
“Kami emak-emak adalah bunda yang melahirkan anak dan cucu untuk menjadi warga dan pemimpin bangsa dan negara. Kami rakyat biasa bukan anggota dan afiliasi partai, sebagai kalangan warga yang selalu disibukan dengan urusan dapur dan pendidikan anak dan cucu. Tapi kami bukanlah warga yang bodoh yang tidak paham apa yang terjadi selama pemilu Presiden 2019,” kata Andi Nenie Sri Lestari S.Pd., M.Si, Koordinator Gerakan Rakyat Anti Pemilu Curang.
“Kami mengutamakan pemilu presiden karena di tangan beliaulah akan memimpin 260 juta rakyat Indonesia, pemimpin yang akan membawa persatuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang akan mengayomi anak cucu dikemudian hari. Kami mengikuti dengan seksama proses perjalanan Pemilihan umum Presiden 2019,” lanjut dia.
Sayangnya, proses demokrasi ini diwarnai banyaknya kecurangan. Sebagai contoh kasus heboh secara internasional adalah pencoblosan kertas suara untuk paslon Presiden 01 sebelum Pemilu dimulai di LN.
“Hal ini ketahuan di dua tempat di Malaysia dengan jumlah tidak sedikit, diperkirakan dengan modus yang sama tidak ketahuan juga terjadi di berbagai tempat,” geramnya.
“UU Pemilu berazaskan jujur, adil, langsung, bebas, dan rahasia, dalam praktik, azas tersebut dilanggar, kejujuran dan keadilan diabaikan,” kecewa dia.
Hal lain, para emak-emak juga kecewa dengan hasil Situng KPU melalui input C1. Di mana terjadi banyak sekali salah input dan berujung protes masyarakat dan para ahli IT.
“Kami juga meragukan input data C1 Situng bukan berasal dari C1 Plano akan tetapi berasal dari salinan ke C1 Kwarto yang tidak diverifikasi lalu di scan,” dia menambahkan.
Sementara itu, Koordinator Acara, Indriati Hamzah berujar, sangat mengenaskan, secara mengejutkan muncul korban yang tinggi dari petugas KPPS dan Panwas. Jumlah korban meninggal setelah hari pencoblosan lebih dari 500 orang.
“Kami sebagai emak-emak sangat sedih dan miris terhadap reaksi Ketua KPU RI sangat memandang rendah korban yang banyak tersebut. Ketua KPU menyatakan korban meninggal disebabkan karena kelelahanan tanpa diteliti secara medis penyebab kematian mereka,” kata Indriati.
Hal lain yang membuat miris adalah, demi mempertahankan kekuasaan semata, capres petahana melakukan bagi-bagi uang.
“Presiden Jokowi melalui penugasan juga kepada perwira secara kasat mata, pengerahan ASN dalam kampanye, pengerahan pejabat daerah terlibat melakukan kampanye di berbagai daerah jelas melanggar pasal 283 ayat 1 UU Pemilu, akan tetapi KPU dan Bawaslu tutup mata terhadap pelanggaran tersebut,” ujar dia lagi.
Mereka meminta Bawaslu RI melakukan audit forensik terhadap KPU RI dan menghentikan semua perhitungan manual.
“Jika hal ini tidak dilakukan kami tidak mempercayai dan tidak akan mengakui hasil Pilpres 2019. Kami emak-emak siap melakukan tindak lanjut, meninggalkan tugas kewajiban harian kami,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi