KedaiPena.Com – Konservasi dan pariwisata dapat berjalan beriringan, asal sesuai dengan tujuan pengelolaan kelestarian alam.
Demikian dikatakan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Teguh Setiawan dalam Alpinist Talk yang digelar Kedai Pena, belum lama ini.
“Jadi karakteristik wisata alam itu berbeda dengan ‘mass tourism‘. Kalau taman nasional kan tidak pariwisata massal. Di taman nasional itu tidak semua kawasan bisa dibuka sebagai wisata alam,” kata dia.
Wilayah taman nasional yang bisa dipergunakan ada di zona pemanfaatan. Di Gunung Ciremai, luas zona pemanfaatan sekitar 1.194,46 Ha atau 8,05 persen dari total luasan. Teguh juga meluruskan bahwa informasi wisata di Gunung Ciremai sudah penuh tidak benar.
“Dengan prinsip kehati-hatian, kita sangat terbuka. Wisata di Gunung Ciremai ‘full’ dikelola oleh masyarakat,” tegasnya.
Mulai dari sistem permodalan, pengelolaan masyarakat berbeda dengan perusahaan yang memiliki modal besar.
“Kalau masyarakat ini pasti padat karya. Seperti pada Bumi Perkemahan, masyarakat menjadi aktor utama, sebagai pekerja. Dan itu keunggulan wisata alam di sini,” lanjut dia.
Soal penerimaan negara bukan pajak(PNBP) dari sektor wisata alam di Gunung Ciremai, Teguh menegaskan, di tahun 2021 sekitar Rp1,7 miliar uang yang masuk ke kas negara.
“Lumayanlah daripada 2020. Sementara kalau target 2022 itu sekitar Rp2,5 miliar,” tandas Teguh.
Laporan: Muhammad Lutfi