PERTEMUAN SBY dengan Jokowi akhirnya terjadi. Meski tidak secara transparan membahas soal Pilkada DKI Jakarta yang akan memasuki putaran kedua, namun tidak bisa dihindari beredar berbagai tanggapan dan analisis yang mengkaitkan bahwa pertemuan tersebut akan membawa dampak bagi perkembangan politik khususnya Pilkada DKI Jakarta.
Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa SBY adalah Ketua Umum Partai Demokrat, yang pada Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan partai pengusung utama pasangan Agus-Sylvi. Dan Jokowi meski berulang kali mengelak, namun publik luas sudah mempersepsikan bahwa Jokowi mendukung pasangan calon Gubernur Ahok-Djarot.
Pertemuan SBY dengan Prabowo sedang dalam proses. Secara jelas, Prabowo sendiri menyatakan akan bertemu dengan SBY. Tidak seperti Jokowi, justru Prabowo secara terang-benderang menyebut pertemuan tersebut berkaitan dengan Pilkada DKI Jakarta.
Kita ketahui bahwa Prabowo merupakan Ketua Umum Partai Gerindra bersama PKS adalah pengusung utama pasangan calon Gubernur Anies-Sandi.
Tentu sikap politik SBY berkaitan dengan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta sangat ditunggu kita semua. Karena kemana SBY dan gerbongnya memihak, maka dipastikan akan berpengaruh secara signifikan bagi kemenangan salah satu paslon, apakah Ahok-Djarot ataukah Anies-Sandi.
Tentunya kita tidak mudah menebak arah angin yang sedang dimainkan SBY, karena mantan Presiden keenam ini memiliki kebiasaan membangun komunikasi high context, pernyataan-pernyataanya cenderung retoris dan diplomatis.
Dari peristiwa politik tersebut, pertemuan SBY-Jokowi, dan kita berasumsi bahwa pertemuan SBY-Prabowo juga terlaksana. Setidaknya ada 3 hal yang bisa kita cermati dan perkirakan kemana suara SBY, Partai Demokrat dan pendukung Agus-Sylvi akan melemparkan dukungannya.
Pertama, SBY, Partai Demokrat dan Agus-Sylvi akan mendukung pasangan Ahok-Djarot. Kalkulasinya adalah bahwa SBY sebagai mantan Presiden dan sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat memiliki komitmen yang sama dengan Jokowi yakni membangun Indonesia yang lebih maju dan lebih baik.
Untuk terlaksananya pembangunan yang berkesinambungan, pemerintah harus kuat dan stabil. Maka, penting bagi siapapun presiden Indonesia harus memiliki kesepahaman dan chemistry dengan Gubernur DKI Jakarta.
Tentunya Jokowi sangat berkepentingan dengan kemenangan Ahok-Djarot sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dan hal tersebut dapat terlaksana jika SBY dan Partai Demokrat memberikan dukungan kepada Ahok-Djarot.
Kedua, suara SBY, Partai Demokrat, dan pendukung Agus-Sylvi akan diarahkan kepada paslon yang diusung Prabowo, yakni Anies-Sandi. Hal tersebut dapat dibaca dengan sikap dan komitmen SBY serta Partai Demokrat sendiri, dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa mereka memposisikan sebagai kekuatan penyeimbang.
Agar demokrasi dapat berjalan sehat dan terarah. Lagi-lagi agar proses pembangunan juga tidak menciderai semangat ke-Indonesiaan yang adil dan sejahtera.
Yang ketiga, bisa saja SBY dan seluruh kekuatan politiknya bersikap netral, artinya tidak mengarahkan dukungannya kepada salah satu paslon Gubernur-Wakil Gubernur yang ada.
Yang menarik adalah kemana dukungan politik yang paling pas dan tepat dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta yang harus diambil oleh SBY. Apakah mendukung Ahok-Djarot, mendukung Anies-Sandi, atau netral.
Karena pada dasarnya pilihan dan sikap politik seseorang itu tidak ada yang salah, yang ada adalah konsekuensi dari pilihan masing-masing. Tentunya itu hak SBY, Partai Demokrat dan Agus Harimurti sendiri.
Kita yakin seorang SBY sudah berhitung dengan cermat apapun keputusan yang akan diambil baik bagi SBY sendiri, Partai Demokrat, serta perjalanan politik Agus Harimurti nantinya.
Oleh : Ali Sodikin, Direktur Eksekutif Jakarta Study Center, dan Dosen STAI Publisitik Thawalib Jakarta