KedaiPena.com – Menyikapi kenaikan harga bahan pokok, Kementerian Pertanian menyatakan telah melakukan antisipasi sejak awal tahun. Tapi pergerakan Dollar Amerika dan kenaikan variabel cost, tetap membuat harga bahan pokok merangkak naik.
Plt Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi menyatakan yang pertama paling penting adalah ketersediaan bahan pokok. Baru setelahnya, membahas harga.
“Ya memang naik. Kita harus sampaikan harganya memang naik. Karena variabel cost-nya naik,” kata Arief, dalam salah satu acara online, dikutip Kamis (12/10/2023).
Ia menjelaskan variabel cost yang dimaksud adalah sewa lahan, hari orang kerja, harga pupuk, dan harga BBM.
“Kalau komponen variabel itu naik, tidak mungkin harga pangan tidak naik,” ucapnya.
Karena itu, sebagai langkah awal, pemerintah mengambil langkah memastikan ketersediaan stok bahan pangan.
“Beras di awal tahun, Presiden menyetujui kenaikan harga beras karena adanya perubahan komponen tadi. Naik 20 persen. Berdasarkan panen pada kuartal kedua dan penghitungan cadangan Bulog, Badan Pangan Nasional sudah menyampaikan kalau kita membutuhkan pasokan beras dari luar, yang dilakukan secara terukur, sehingga tidak menurunkan harga di petani. Saat itu disetujui, jika ada importasi beras 2 juta ton,” ucapnya lagi.
Selain itu, pemerintah dalam menyikapi kenaikan harga bahan pokok, juga menyiapkan bantuan pangan untuk 21,3 juta masyarakat terbawah, dengan nilai sekitar Rp8 triliun.
“Di sisi hulu, Presiden juga memerintahkan untuk meningkatkan produksi. Ini dalam proses untuk mempersiapkan untuk semua komponennya secara detail. Misalnya, pupuk. Saya sudah menyampaikan ke Pak Isa (Dirjen Anggaran Kemenkeu-red), kalau kita akan melaporkan detail kebutuhan pupuk,” kata Arief lebih lanjut.
Selanjutnya, terkait pupuk, juga harus dilihat distribusi pupuk ini kemana saja
“Karena dikatakan produksinya sekian, tapi kalau ditanya ke petani, tidak dapat pupuk subsidi-nya. Itu PR buat kita semua, bagaimana memastikan pupuk subsidi ini sampai ke tangan petani,” ujarnya.
Untuk saat ini, Arief menyatakan agak susah untuk menurunkan harga pangan, mengingat kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika sedang naik, sehingga beberapa bahan pokok yang impor, contohnya bawang putih tetap akan tinggi, mengikuti harga pasar global.
“Tapi kondisi ini akan menjadi kesempatan bagi kita, untuk memperbaiki produksi bahan pangan. Termasuk juga membenahi distribusinya. Sehingga akan tercipta kedaulatan dan kemandirian pangan,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa