KedaiPena.Com – Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah melakukan sejumlah langkah benar dalam menyehatkan keuangan perusahaan. Seperti revaluasi aset yang mendapatkan dana segar Rp1.302 trilliun.
Demikian dikatakan Begawan Ekonomi Rizal Ramli kepada KedaiPena.Com, Rabu (27/9).
“Tapi memang ‘cost’ efisiensi masih perlu ditingkatkan,” sambung dia.
Nilai aset Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) pada akhir Juli mencapai Rp 1.302 triliun atau naik 1,72 persen dibanding Rp 1.280 triliun posisi akhir 2016. Padahal aset PLN baru mencapai Rp 435 triliun pada 2011.
Pada 2015, PLN melakukan revaluasi aset sehingga nilai asetnya melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 1.227 triliun dari tahun sebelumnya Rp 540 triliun.
Meningkatnya aset membuat rasio utang PLN turun menjadi 33,15 persen pada 2017 dibanding 237 persen pada 2014.
Dengan dilakukan revaluasi aset maka akan menambah kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman.
Sebagai informasi bahwa kebutuhan infrastruktur listrik 2015-2019 sebesar Rp 1.250 triliun. Adapun target proyek tersebut adalah pembangkit listrik 35.000 Megawatt, Gardu induk 108.000 MVA, serta transmisi 46.760 kms.
Namun sayangnya, apa yang dilakukan PLN seperti diusik oleh Kementerian Keuangan. Dalam salinan surat dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)) Ignasius Jonan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (Rini Soemarno), malah disebutkan bahwa keuangan PLN tengah mengalami masalah yang mengkhawatirkan. Ada lima poin yang disampaikan dalam surat tersebut.
“Apa maksud Menkeu Sri Mulyani yang ‘bocorkan’ sikap bahwa PLN beresiko ‘default’? Bisa bikin panik ‘bondholders’ lho. Atau buntutnya mau pecah dan jual PLN seperti saran Bank Dunia, dan menjalankan liberalisasi habis sektor energi? Ide dan saran Bank Dunia itu melanggar UU Kelistrikan lho. Piye toh,” tandas Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Hafidh