KedaiPena.com – Inovasi pengelolaan sampah plastik terus dikembangkan dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah kehadiran plastic credit, yang bernilai 1 ton sampah plastik yang sebelumnya belum terkumpul atau terdaur ulang, untuk dikumpulkan atau didaur ulang oleh pihak tertentu yang terdaftar dalam platform khusus.
Dalam pengaplikasiannya, sampah plastik yang berhasil dikumpulkan dan dicegah bocor ke lingkungan akan mendapat Waste Collection Credits (WCCs) dan sampah plastik yang berhasil didaur ulang akan mendapat Waste Recyling Credits (WRCs).
Plastic Credit yang sudah diterbitkan kemudian dijual kepada pihak industri, baik industri hulu penghasil bijih atau produk plastik maupun industri hilir pengguna plastik, sebagai bagian dari tanggung jawab mereka dalam pencegahan dan pengendalian plastic pollution. Plastic credit yang dibeli oleh pihak industri kemudian dicairkan dananya dan diserahkan kepada pemilik Project atau pihak produsen untuk “mengganti” seluruh atau sebagian biaya investasi dan operasional pengumpulan dan/atau pendauran ulang yang sudah dilaksanakan.
“Dengan munculnya gagasan-gagasan baru untuk mendukung pengurangan sampah oleh produsen, akan semakin banyak produsen yang melaksanakan kewajiban untuk mengurangi sampah kemasannya melalui pelaksanaan peta jalan. Sebagai sebuah gagasan baru saya berharap plastic credit dapat menjadi pilihan solusi pengurangan sampah plastik tidak sebatas “fantasy”,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, melalui keterangan tertulis, Jumat (25/2/2022).
Pemerintah juga membuat kebijakan yang mewajibkan produsen untuk mengurangi sampah plastik yang berasal dari produk dan kemasan produk yang mereka hasilkan.
Bentuk pengaturan tanggung jawab produsen secara konkrit tercantum dalam peraturan Menteri LHK No.75 Tahun 2019 yaitu mewajibkan produsen untuk membatasi timbunan sampah dan mendaur ulang sampah melalui penarikan kembali dan memanfaatkan kembali sampah.
Lebih lanjut, Vivien mengakui keberhasilan sistem plastic credit ini untuk mendukung pengurangan sampah oleh produsen masih membutuhkan banyak pembelajaran dan penyempurnaan dalam implementasinya.
Pemerintah berharap sinergi dan kolaborasi berbagai pihak ini akan menghasilkan solusi yang baik dan cerdas untuk mencapai target pengurangan sampah yang mau tidak mau harus diwujudkan sebagai bagian dari menjaga keberlanjutan kehidupan.
“Kita mesti punya standar, requirement, dan regulasi yang diatur untuk bisa menerapkan program plastic credit. Saya berharap bisa mendapatkan solusi dari para narasumber yang hadir pada acara webinar ini,” ucap Vivien.
Dalam kesempatan ini, Direktur Pengurangan Sampah, KLHK, Sinta Saptarino Sumiarno menyampaikan bahwa peningkatan bisnis online store berdampak langsung terhadap peningkatan jumlah sampah plastik dirumah tangga akibat meningkatnya pemakaian kemasan pembungkus.
“Peningkatan bisnis online store selama PSBB/PPKM dan WFH menambah jumlah sampah plastik yang dihasilkan dari pemakaian kemasan pembungkus seperti bubble wrap dan kantong plastik pada saat pengemasan dan pengantaran barang,” ujarnya singkat.
Laporan: Natasha