KedaiPena.Com – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak main-main menyikapi masalah Palestina pasca sikap sepihak Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibukota Palestina. PKS pun sedang mempertimbangkan seruan untuk memboikot produk AS.
“Kamu mengimbau media untuk sampaikan bahwa kami tidak memiliki kebencian apapun kepada masayarakat AS. Tapi jika respons AS tidak positif, PKS mengambil opsi boikot produk-produk Amerika itu adalah ospi yang mungkin kami pikirkan. Ini perlu dicamkan,” ujar Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dalam orasinya di hadapan puluhan ribu peserta Aksi Bela Palestina di depan Kedutaan Besar AS, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Ahad (10/12).
Sohibul Iman sebelumnya mengungkapkan, telah menyelesaikan surat terbuka yang akan disampaikan langsung kepada Presiden Donald Trump melalui perwakilannya di Jakarta. Dalam surat itu, Wakil Ketua DPR periode 2009-2014 ini mendesak agar Donald Trump mencabut keputusannya mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Dalam suratnya, Sohibul Iman menegaskan bahwa dulu Yerusalem menjadi kota yang damai saat dipimpin pemimpin Muslim. Namun ketika Inggris datang seolah-olah sebagai pemilik tanah Palestina, dia berikan sebagian tanah Palestina kepada Yahudi. Sejak saat itu terjadi berbagai gejolak dan polemik. Dan Donald Trump justru semakin memberikan bensin atas konflik yang terjadi.
Menurutnya, klaim sepihak AS tentu saja melanggar kesepakatan dunia lewat resolusi PBB. Bahkan lebih penting lagi, arogansi sepihak AS jelas merusak proses perdamaian yang telah dirintis berpuluh-puluh tahun agar rakyat Palestina mendapatkan hak kemerdekaannya atas Yerusalem atau Baitul Maqdis.
“Tadi pagi, saya menyelesaikan surat terbuka kepada Donald Trump yang akan disampaikan besok ke Kedubes. Kami menuntut dalam surat itu agar pemerintah AS menyadari kesalahannya, dan Presidennya mencabut putusannya. Mudah-mudahan respons positif diberikan oleh pemerintah AS, dan kita yakin sebagian besar dari masyarakat AS tidak suka dengan keputusan Presidennya sendiri,” imbuh Sohibul Iman.
Laporan: Muhammad Hafidh