KedaiPena.Com – Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Ekonomi dan Keuangan Ecky Awal Mucharam menilai pencabutan subsidi listrik golongan 900 Volt Ampere (VA) untuk 18 Juta pelanggan tergesa-gesa dan memberatkan rakyat.
“Ini akan membebani rakyat karena data pemerintah dan PLN juga tidak meyakinkan. Fakta dilapangan banyak pelanggan 900 Volt Ampere adalah rakyat yang membutuhkan. Terlebih ini dalam masa Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri dimana harga-harga barang sedang tinggi dan rakyat sedang banyak pengeluaran. Ini keputusan yang buruk dan tidak dapat diterima,†kata dia di Jakarta, ditulis RAbu (21/6).
Ecky menyampaikan bahwa pengaruh pencabutan subsidi Tarif Tenaga Listrik (TTL) terhadap ekonomi rakyat sangat signifikan, karena listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar rakyat.
“Kita sudah melihat bahwa dari data BPS juga menunjukkan pengaruh listrik ke kenaikan harga-harga atau inflasi ini sudah tinggi. Dan tentu secara keseluruhan bebannya akan ditangung semakin berat oleh rakyat terbawah. Kita juga tahu terkait dengan permasalahan tidak akuratnya data PLN dan TNP2K. Dengan tambahan biaya Rp80 ribu – Rp150 ribu, tentu akan menjadikan rakyat semakin miskin disebabkan dampak langsung dan tidak langsung atas dicabutnya subsidi tersebut,†paparnya.
Ecky mendorong PLN dan Pemerintah untuk lebih peka dan tidak mengambil kebijakan ekonomi yang buruk terlebih disaat masa Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri dimana beban masyarakat sudah tinggi.
“Sangat-sangat tidak dapat diterima dan tidak bijak jika dalam kondisi ekonomi yang berat, pemerintah justru mencabut subsidi. Ini akan menambah beban ekonomi rakyat terbawah. Karena bagaimanpun kenaikannya akan bedampak secara berantai. Terlebih lagi BBM yang sudah tidak disubsidi dan harga-harga bahan pokok yang mahal, sedangkan pendapatan sebagian besar rakyat tidak meningkat,†lanjutnya.
Ecky juga menilai bahwa pencabutan subsidi listrik tersebut selain membebani masyarakat sekaligus berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.
“Seperti yang selalu terjadi setiap ada kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah atau administered price, inflasi akan meroket. Ditambah momen Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, dimana masyarakat sedang banyak mengeluarkan uang. Padahal pemerintah juga sedang berupaya mengelola ketersediaan bahan-bahan kebutuhan pokok untuk menahan inflasi. Akumulasi dari kenaikan belanja masyarakat dan kenaikan harga listrik akan menggerek inflasi lebih buruk lagi,” imbuhnya.
Ecky juga menambahkan, sejak tiga tahun lalu ekonomi Indonesia bergerak lamban, sehingga pendapatan masyarakat bawah stagnan. Pada situasi seperti ini ironisnya, pemerintah secara berkelanjutan menaikkan harga barang-barang yang diaturnya.
“Padahal barang-barang tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Akibatnya daya beli rakyat makin tergerus dan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi. Efek inflasi yang ditimbulkan pengaruhnya tidak dapat dibatasi. Golongan rakyat terbawah akan menjadi yang paling tergerus daya belinya karena membeli barang-barang yang relatif sama dengan golongan lainnya. Daya belinya akan semakin menurun dan ini buruk untuk perekonomian. Dan tidak benar DPR telah menyetujui kebijakan ini,†pungkasnya.
Laporan: Galuh Ruspitawati