KedaiPena.Com – Pengamat archaeologi tourism Pindi Setiawan meminta agar pemerintah dapat segera mengubah perspektif soal pengelolaan destinasi pariwisata di Indonesia.
Pinde mengatakan hal tersebut lantaran saat ini, menurut dirinya, pemerintah masih belum terlalu memikirkan soal pengelolaan pariwisata berbasis konservasi. Padahal, archaeologi tourism atau pariwisata arkeologi sangat memerlukan hal tersebut.
“Biaya untuk konservasi di sektor archaeologi tourism masih sangat kecil. Padahal kalau kita bicara archaeologi tourism harusnya dijaga autentiknya, keasliannya. Yang berarti memerlukan konservasi,” ungkap Pindi saat berbincang dengan KedaiPena.Com, ditulis Jumat (8/12).
Konservasi, lanjut Akademisi ITB, ini jangan dijadikan pemerintah sebagai sebuah cost tetapi harus sebagai investasi. Karena, bertujuan untuk menjaga kelestarian.
“Sama seperti itu pemerintah harus men-‘switch’ biaya konservasi dari ‘cost’ jadi investasi. Kalau bisa disebut ada harus berubah persepektifnya,” imbuh dia.
Pindi juga menegaskan hal tersebut harus segera dilakukan pemerintah karena saat ini sektor pariwisata telah menjadi salah satu yang memberikan devisa cukup banyak untuk ibu pertiwi.
Seperti diketahui, mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini sektor pariwisata sudah berada di peringkat kedua dalam hal penyumbang devisa negara.
Pariwisata telah meninggalkan minyak dan gas yang dahulunya menjadi penyumbang pertama untuk negara. Pariwisata sendiri berada di posisi kedua yang memberikan devisa cukup banyak setelah CPO Sawit.
“Kan Pak Jokowi sedang menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas lima persen pertumbuhan ekonomi, ya bisa mempertahankan sektor pariwisata,” tandas dia.
Laporan: Ricki Sismawan