KedaiPena.Com – Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu menilai Pertamina sedang berada di ujung tanduk lantaran tengah menghadapi sejumlah permasalahan saat ini.
Hal itu disampaikan oleh Said Didu saat menanggapi bocornya Blok migas ONWJ milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di Karawang.
“Ini Pertamina di ujung masalah seperti terjadi bocoran migas, itu ngerih sekali. Itu sumber pendapatan besar ” ujar Said Didu saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Selasa,(31/7/2019).
Tidak hanya itu, kata Said Didu, kritik yang disampaikan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto terkait dengan tidak tercapainya target lifting migas semester pertama tahun 2019 juga menjadi warning.
Meskipun, Said Didu memahami, penyebab tidak tercapainya target lifting migas Pertamina di semester pertama tahun 2019 ini lantaran beratnya tugas yang diberikan kepada Pertamina.
“Kebijakan pemerintah yang membebani tugas-tugas kepada Pertamina seperti BBM satu harga, utang pemerintah yang banyak sekali ke Pertamina. Lalu Pertamina kadang-kadang dipaksa untuk membeli ladang minyak dan yang ke empat adalah stok BBM nasional ditanggung oleh Pertamina. Tugas-tugas pemerintah yang membebani Pertamina tidak pernah terjadi di perusahaan migas lain,” ungkap Said Didu.
Said Didu melanjutkan sikap dan kebijakan Pertamina yang dirasa aneh serta tidak masuk akal selama ini juga menjadi alasan di ujung tanduknya perusahaan migas terbesar milik RI ini.
Terbaru ialah keputusan Pertamina yang akan memakai Gedung milik Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan lantaran sedang melakukan penyegaran di Gedung Medan Merdeka.
“Semakin mengurusi urusan yang aneh-aneh. Apa urusannya pindah kantor ke kantor Luhut,” sindir Said Didu.
Laporan: Muhammad Hafidh