Artikel ini ditulis oleh Abdul Rohman Sukardi, Pemerhati Sosial dan Kebangsaan.
Pilkada paska pilpres akan menjadi ajang penentuan eksistensi masa depan partai-partai. PDIP masih menjadi partai pemenang dalam pemilu legislatif 2024. Gagal memenangkan capres-cawapres memang. Akan tetapi masih memperoleh kursi terbanyak di parlemen. Sesuai regulasi yang ada, ketua DPR masih dalam genggaman PDIP.
Berkuasa dan mengendalikan pemerintahan dalam dua periode, atau satu dekade, PDIP masih kuat mencengkeram elektoral. Para calon anggota legislatifnya masih memiliki cengkeraman dukungan akar rumput yang kuat. Itu membuatnya masih unggul dalam kontetasi anggota legislatif. Walaupun calon presidennya benar-benar ditinggalkan pemilih.
Selain caleg-caleg potensial dan mengakar, PDIP pada pemilu 2024 masih didukung kader-kadernya sebagai kepala daerah. Mereka tentu berkontribusi sebagai pendulang suara bagi kemenangan PDIP. Walaupun terbukti tidak efektif ketika menjalankan agenda pemenangan pilpres. Pengadilan rakyat tidak bisa dibendung oleh barisan kekuatan struktural yang dimiliki PDIP.
Itu pemilu tahun 2024. Ketika PDIP masih memiliki tabungan elektoral selama 10 tahun berkuasa. Situasi pada masa akan datang tentu akan berbeda. Perubahan itu tampaknya akan segera terjadi. Pasca kekalahannya dari kontestasi pilpres. Ketika kendali puncak kepemimpinan nasional tidak lagi dalam genggaman.
Modal kemenangan pilpres tentu akan dimanfaatkan betul oleh partai-partai anggota koalisi Indonesia maju. Untuk merebut kepemimpinan kepala-kepala daerah. Agar mereka memiliki cengkeraman basis massa secara lebih kuat.
Lepasnya kendali puncak kepemimpinan nasional dan kabinet dari PDIP tentu akan dimanfaatkan oleh kompetitor-kompetitornya. Untuk atur posisi dan mengambil alih kepemimpinan di daerah. Di sinilah titik krusial PDIP pada gelaran pilkada yang akan datang.
PDIP sebagai partai terbesar harus berhati-hati agar eksistensinya tidak terus tergerus. Jika pilkada mendatang banyak pimpinan daerah yang selama ini dipegang PDIP menjadi lepas, cengkeraman PDIP pada akar rumput akan merosot. Dampaknya pada perolehan suara legislatif pada pemilu mendatang. PDIP akan sangat sulit menjadi partai pemenang dan menjadi pemegang kendali utama kepemimpinan nasional.
Semakin jauhnya berlalu era orde baru, semakin menipis pula kesempatan menciptakan momentum bagi PDIP memperoleh simpati rakyat. PDIP hadir dengan menampilkan diri sebagai antitesa orde baru.
Bukan hanya PDIP, pilkada paska pilpres 2024 merupakan ajang penentuan. Siapa partai yang akan masih eksis pada masa-masa mendatang.
Partai pemenang dalam kontestasi kepala daerah akan menjadi ujung tombak konsolidasi basis massa partai. Semakin banyak kepala daerah dimenangkan, semakin besar pula kesempatan mempertahankan atau bahkan memperbesar eksistensi partai di masa-masa mendatang.
Kecepatan move on dan konsolidasi pilkada paska pilpres 2024, akan menentukan kesiapan pemenangan kontestasi. Untuk menjaga eksistensi masa depan partai melalui penguasaan kepemimpinan daerah.
ARS ([email protected]), Jaksel 27-04-2024.
[***]