KedaiPena.Com – ‘Harakiri’ begitu istilah yang layak disematkan kepada calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto pasca memutuskan memilih Sandiaga Uno sebagai pasangannya pada Pilpres 2019.
Prabowo sendiri memilih Sandiaga Uno sebagai wakilnya di detik-detik terakhir pendaftaran capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemilihan nama Sandiaga sebagai pendamping juga melalui cerita dan polemik panjang.
Sedianya Prabowo Subianto yang merupakan mantan Danjen Kopassus mendapatkan banyak rekomendasi nama cawapres. Baik dari kalangan ulama hingga ekonom seperti Rizal Ramli.
Namun pada akhirnya nama Sandiaga yang terpilih sebagai cawapres. Meski, pada perjalanannya penetapan Sandiaga sebagai cawapres menyeret sejumlah masalah seperti mahar senilai Rp500 milliar kepada masing-masing partai politik pendukung, seperti yang dibocorkan politisi Demokrat Andi Arief.
Polemik tak berhenti di situ, bahkan setelah menjalani tes kesehatan hingga penetapan tim sukses, banyak kalangan yang meragukan kedua pasangan tersebut dapat mengalahkan pasangan petahana yang menggandeng Rais Am PBNU Ma’ruf Amin.
Jika Jokowi belajar dari kesalahan untuk mendekatkan diri pada umat Islam dengan menggandeng sosok Ma’ruf Amien, Prabowo justru kebalikannya. Menegasikan rekomendasi hasil Ijtima Ulama yang menyorong nama Abdul Somad atau Salim Segaf.
Di sisi lain, kemapanan Sandi dalam melakukan debat kandidat, relatif kurang mumpuni. Lain cerita jika Prabowo menggandeng sosok media darling seperti Rizal Ramli. Sosok raja forum layak disematkan pada diri RR, dan ini akan mempengaruhi ‘floating mass’ untuk menyoblos Prabowo.
Belum lagi banyak kasus yang sempat menyerempet Sandiaga Uno, mulai dari Panama Papers hingga kasus Depo BBM Balaraja. KPK bahkan sudah memeriksa eks Wakil Gubernur DKI Jakarta ini dalam kasus korupsi terkait pembangunan RS Pendidikan Udayana Tahun Anggaran 2009-2011.
Jejak lain yang terekam di digital adalah, Sandi disinyalir terlibat TPPU (money laundry), utamanya di saham Garuda. Uang Rp300 miliar yang ditanam Sandiaga Uno sebagai saham di Garuda Indonesia terindikasi sebagian kecil hasil korupsi Nazaruddin.
Pengamat Politik Rico Marbun mengungkapkan memang ada banyak keraguan pada keputusan Prabowo memilih nama Sandiaga sebagai cawapres. Rico menyebut Sandiaga belumlah teruji di Jakarta. Sehingga bos Saratoga tersebut sangat diragukan untuk berkontestasi di kancah politik nasional.
“Kalau menurut saya sih jelas belum. Dia (Sandiaga Uno) belum lama memimpin Jakarta dan posisi Sandi sebagai wakil gubernur bukan gubernur,†ujar Rico kepada KedaiPena.Com ditulis Kamis (23/8/2018).
Tak hanya itu, kata Rico, penetapan nama Sandi sendiri juga menjadi problem bagi tim Prabowo-Sandi lantaran saat ‘take off’ terkena turbulensi isu Rp500 milliar yang dihembuskan Andi Arief.
“Sehingga citra positif yang bisa dihasilkan justru hilang dimakan isu negatif itu,†sambung pemilik lembaga survei Median ini.
Prabowo, saat memilih Sandiaga sebagai pasanganya pada 2019, sambung dia, hanya memikirkan keuntungan elektoral untuk partainya. Sebab, bila berpasangan dengan PAN, PKS atau Demokrat, keuntungan elektoral bagi partai akan terbagi.
Secara tidak langsung, lanjut Rico, keputusan Prabowo menggandeng nama Sandi juga untuk mempersiapkan kader partainya untuk bertarung di kepemimpinan nasional berikutnya.
“Untuk 2024, secara tidak langsung Gerindra sudah mempersiapkan kader dari partai sendiri untuk siap bertarung di kepemimpinan nasional,†tutur Rico.
Sementara, Ketua Fraksi Hanura di DPR Inas Nasrullah Zubir menilai, kepemimpinan Sandi di Jakarta memang belum teruji. Banyak program-program yang selama ini menjadi visi dan misinya selama kampanye belum teruji.
“Seperti Oke Oce yang ternyata bukan program UMKM dan Kewirausahaan seperti yang dijanjikan pada saat kampanye Pilkada DKI yang lalu. Lalu program rumah DP nol persen masih menjadi wacana di masa kepimpinan selama 10 bulan. Sandi meninggalkan banyak program yang mangkrak,” jelas anggota tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Khusus untuk Oke Oce, ternyata program pelatihan kewirausahaan belaka tanpa ada bantuan pinjaman dana bunga rendah seperti yang pernah digembar-gemborkan pada saat kampanye pilkada DKI yang lalu. Bahkan Sandi mengatakan bahwa media salah dengar,†ujar Inas lagi.
Di lain sisi, lanjut Inas, program pelatihan dari Oke Oce hanya mengumpulkan sekedar member di website mereka. Kemudian Inas juga menyoroti realisasi program OK Otrip yang mengintegrasikan angkutan kota dengan bus Trans-Jakarta, masih jauh dari target. Semulanya program ini menargetkan, dalam tiga bulan seluruh pengemudi angkot sudah gabung Ok Otrip.
“Namun dalam uji coba berlangsung sejak 15 Januari 2018 hingga 15 April 2018 ternyata juga gagal. Sandi memang piawai dalam bisnis, tapi tidak piawai dalam pemerintahan,†sindir loyalis Jokowi ini.
Sementara itu, Partai Gerindra habis-habisan membela Sandiaga. Dari, isu mahar sampai dengan kelayakan Sandiaga sebagai pasangan Prabowo Subianto tersebut.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani membantah tudingan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief bahwa Sandiaga Uno membayar Rp500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo Subianto. “Saya kira engga benar, saya akan cek dulu,” ujar Muzani beberapa waktu lalu.
Sementara itu, beberapa kader Gerindra lainya seperti menyebut bahwa keterpilihan Sandiaga sebagai Cawpres Prabowo lantaran dia merupakan calon yang ada.
Partai koalisi pun optimis Sandiaga bisa menjadi pasangan yang tepat untuk Prabowo Subianto. PAN misalnya, yang optimis dengan terpilihnya nama Sandiaga.
Seperti saat menanggapi hasil LSI Denny JA yang mengadakan survei elektabilitas Pilpres 2019. Pasangan Prabowo-Sandiaga tertinggal jauh dari Jokow-Ma’ruf. PAN meyakini Sandi akan bisa mensosialisasikan namanya sebagai Cawapres di 2019. PAN juga meyakini dapat mendorong nama Sandi sebagai Cawapres.
“Sandi cawapres tentu butuh waktu untuk sosialisakan dirinya. Jadi menurut saya kita lihat saja nanti kita punya kita dan tradisi untuk mendorong kita pasangan calon kalangan emak-emak, milineal, urban, dan pengusaha. Saya kira Sandi punya daya tarik di kalangan tersebut,” ujar Sekjen PAN Eddy Soeparno saat dihubungi wartawan, Rabu (22/8/2018).
Ia mengaku optimis elektabilitas Prabowo-Sandiaga akan naik di kantong suara Jokowi termasuk emak-emak. Apalagi masyarakat belum mengetahui sosok pasangan ini.
Laporan: Muhammad Hafidh