KedaiPena.Com – Bicara soal nama-nama bakal calon Gubernur Sumatera Utara pada perhelatan Pilgub yang akan digelar 2018 mendatang, tak banyak diisi nama-nama dari kalangan perempuan.
Salah satu dari kalangan perempuan itu adalah Ade Sandrawati Purba. Sosok yang belakangan turut menyita perhatian publik di Sumatera Utara ini, diketahui berlatar belakang pengusaha di bidang jasa dan properti sekaligus sebagai pengacara.
Dibalik aktifitas padat yang ia tekuni, perempuan berparas cantik kandidat doktor hukum Universitas Islam Bandung (Unisba) ini ternyata penyuka makanan tradisional yang tak asing di ‘bibir rakyat’. Ya, Jengkol.
Kepada wartawan, Ade bercerita mungkin bagi sebagian orang menganggap Jengkol adalah makanan yang buruk, dan bernilai kampungan. Mungkin karena menimbulkan bau mulut dan perasaaan tak nyaman saat berbicara.
“Tapi bagi saya, jengkol punya manfaat yang tak diketahui banyak orang. Kalau masalah bau mulut, kan mudah menghilangkanya. Sekarang kan sudah ada pembersih dan pewangi mulut. Jadi di mana lagi masalahnya?” kata Ade saat ditemui di Rumah Jengkol Binjai, kota Binjai, Sumatera Utara, Minggu (20/8).
Ade yang baru saja membuka turnamen memancing yang diselenggarakan DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Binjai di Kolam Pancing Agung, menyebutkan, berdasarkan literatur yang ia baca, banyak sekali manfaat dari setiap keping jengkol. Kandungan enzim pada jengkol, dipercaya mampu membantu mencegah anemia, membantu menguatkan tulang, membantu mencegah diabetes dan banyak manfaat lainnya. Ade menyebut, semua manfaat itu bisa didapat jika dikonsumsi tidak berlebihan.
“Tentu ada manfaatnya jika tidak berlebihan. Tuhan saja melarang kita untuk berlebih-lebihan dalam suatu apapun karena juga ada efek buruknya. Makan jengkol seperlunya saja. Kalau saya sih, sudah terbiasa makan jengkol,” imbuh Ade melepas senyum khas.
Ade menuturkan, dirinya mengenal jengkol sejak masih kecil. Ia dan keluarga pernah tinggal dan berdomisili di Solok, Sumatera Barat. Kebiasaan orang Minang mengkonsumsi jengkol adalah hal yang biasa di sana. Bahkan, saat dirinya menjadi buruh pabrik karet di daerah Patumbak dulu, dirinya juga akrab dengan jengkol. Menurutnya, hanya masyarakat yang merasa modernlah yang menganggap jengkol itu makanan kampungan.
“Waktu kerja di pabrik karet, saya bawa bontot (nasi bungkus sebagai bekal). Lauknya kadang pakai jengkol juga. Seru bisa makan jengkol bersama teman-teman buruh pabrik lainnya. Ini soal selera, bukan pola pikir,” tutur Ade mengenang.
Bicara tentang pencalonannya dalam kontestasi Pilgubsu 2018, Ade menyebut dirinya terus melakukan komunikasi dan konsolidasi dengan berbagai pihak. Menurutnya itu akan menjadi bahan referensi untuk kemajuan Sumut ke depan.
“Kita komunikasi dengan lintas parpol, ormas (organisasi kemasyarakatan), aktivis dan mahasiswa. Saya juga berdiskusi dengan masyarakat yang selama ini keberadaan mereka terpinggirkan. Ternyata dari komunikasi itu saya punya banyak informasi penting tentang Sumut. Dan itu perlu penanganan serius dari Pemerintah,” ujarnya.
Ade mengaku pencalonan dirinya adalah sebuah tantangan, khususnya dari masyarakat yang telah mendorongnya untuk maju dan memimpin. Ia bertekad untuk melakukan sesuatu perubahan pada tatanan pemerintahan di masa yang akan datang. Menurut Ade, jika Sumut ingin berubah, maka mental pemimpinnya juga harus berubah.
“Kita tahu bahwa Pemerintah adalah yang merancang dan yang melakukan pembangunan bagi rakyatnya. Tapi, oknum-oknum Pemerintah yang kotor telah merugikan daerah ini sehingga tertinggal berpuluh tahun dari daerah lain. Nah, jika rakyat Sumut ingin pemerintahan yang bersih dan transparan, maka ayo berubah bersama gerakan Sumut Bersih,” ujar Ade.
Perempuan yang juga founder bagi beberapa panti asuhan ini mengatakan, keterlibatannya maju dalam kontestasi Pilgubsu 2018 kelak adalah sebuah keputusan yang yang diambil dari sebuah pertimbangan matang.
Ketua DPW Pergerakan Indonesia (PI) Sumut ini menambahkan, sejauh ini dia telah melakukan konsolidasi dan komunikasi dengan beberapa partai politik serta organisasi kemasyarakatan. Wanita yang juga aktif di dalam kegiatan amal dan sosial ini telah mendaftarkan diri ke PDI Perjuangan, Partai Hanura, Partai Nasdem dan PPP.
Selain itu, Ade juga telah meminta restu dari DPW Aisiyah Sumut, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan pelajar Pematangsiantar dan bersilahturahmi dengan tokoh agama Almukarran Buya DR. Syekh Achmad Arifin Al-Hajj.
“Saya bersama Relawan Ade Sandra (RASA) juga telah lama melakukan aksi bersih beberapa taman di Medan dan sejumlah rumah ibadah di Binjai dan Langkat,†tutup Ade.
Laporan: Dom