KedaiPena.Com- Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya di perayaan HUT ke 51 PDIP, Rabu,(10/1/2024), menyinggung soal kekuasaan. Dalam pidatonya, Megawati banyak menyoroti sejumlah isu strategis, terutama soal netralitas aparat, demokrasi, pemilu, hingga relawan.
Sebagian kalangan menilai, pidato yang disampaikan orang nomor satu di PDIP tersebut merupakan kritik untuk Presiden Jokowi. Perselisihan PDIP dan Jokowi tengah mencuat ke muka publik setelah keputusan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Politisi senior PDIP Andreas Hugo Pareira mengatakan pidato sang ketua umum (ketum) yang disampaikan pada perayaan HUT ke 51 terkait dengan kekuasaan, jabatan, netralitas aparat hingga demokrasi merupakan referensi refleksi kekuasaan. Kebetulan, kata dia, saat ini yang berkuasa ialah Presiden Jokowi.
“Itu bisa terjadi pada siapapun yang berkuasa. kebetulan yang berkuasa adalah presiden Jokowi, maka tidak ada salahnya itu dilihat sebagai referensi untuk refleksi kekuasaan,” tegas Andreas, Kamis,(11/1/2024).
Andreas menambahkan, pesan penting pidato Megawati ialah soal kemauan penguasa hari ini untuk eling atau sadar. Andreas mengakui, dalam pidatonya kemarin, Megawati turut menyinggung soal pentingnya penguasa untuk eling atau sadar.
“Persoalannya, yang berkuasa mau eling atau tidak. Ibu Mega pun dalam pidatonya beberapa kali menyinggung soal pentingnya penguasa untuk eling,” jelas Andreas.
Meski demikian, Andreas mempertanyakan, apakah pihak yang sedang berkuasa saat ini mau menyadari dan melakukan pesan dari pidato Megawati tersebut. Andreas mengajak,masyarakat untuk menunggu hal tersebut.
“Persoalannya, yang sedang berkuasa, menyadari dan mau atau tidak melakukannya. Kita lihat lah nanti,” tandas Andreas.
Laporan: Tim Kedai Pena