KedaiPena.Com- Pakar komunikasi politik Antonius Benny Susetyo menilai pidato seniman Butet Kartaredjasa dalam puncak perayaan Bulan Bung Karno (BBK) menunjukkan realitas politik terhadap sosok yang dipilih Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai penerusnya nanti.
Demikian disampaikan Benny menanggapi pidato Butet yang menyindir bakal calon presiden (bacapres) yang diusung partai politik di luar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pidato Butet ini sendiri dimaknai kasar oleh sebagian pihak dan masyarakat.
“Butet meyakini, bahwa jagoannya yang berambut putih secara simbolik akan di endorse oleh Presiden Jokowi. Meskipun secara simbolik, Pak Jokowi tidak secara benderang meng-endorse salah satu calon siapa presiden itu”, ujarnya, Selasa,(27/6/2023).
Benny menilik, dalam bahasa gusdur atau bahasa mimik, serta bahasa komunikasi bahwa Jokowi tidak bisa melepaskan diri dari ikatan partai yang membesarkannya. Menurutnya, Jokowi akan memilih pemimpin yang punya integritas baik seperti dalam pantun Butet.
“Meskipun katanya bersayap, berjuang bersama-sama memenangkan Pak Ganjar Pranowo dan PDIP, sebenarnya secara simbolik Pak Jokowi ke depannya memang akan memilih alternatif apa yang dikatakan oleh Butet, bukan pemimpin yang transaksional, tetapi juga pemimpin yang punya integritas dan tidak ada masalah di masa lalunya”, tegas dia.
Menurut Benny, pertarungan ruang publik antara panggung belakang dan panggung depan perpolitikan saat ini adalah pertarungan perebutan wacana simbol. Simbol dikatakan sangat penting dalam mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil.
“Misalnya simbol pertemuan para partai-partai yang hari ini hadir bersama memperingati ulang tahun PDIP, itu mengisyaratkan memang akan ada kejutan-kejutan di dalam politik, karena dalam politik yang seperti sekarang ini, tidak ada kekuatan politik yang dominan”, ujarnya.
Masing-masing partai politik dikatakan Benny, selalu merebut simbol-simbol tersebut. Karena simbol-simbol itu akan menentukan kedepannya dalam hal siapa yang akan mendapatkan kemenangan.
“Karena masing-masing partai politik itu ujung-ujungnya adalah mencari posisi untuk mendapatkan kekuasaan”, ucapnya.
Namun Benny juga menerangkan, kualitas politik Indonesia saat ini tidak bisa dominasi satu partai, tetapi membutuhkan kerjasama antar partai untuk sharing kekuasaan.
“Sharing kekuasaan itulah yang sebenarnya saat ini terjadi, sehingga dalam berbulan-bulan ini akan ada perebutan simbol-simbol, dan yang direbutkan adalah simbolnya Pak Jokowi. Karena pak Jokowi dianggap punya relasi kuasa dan dominasi yang kuat untuk menentukan pemimpin kedepan yang didukung oleh Pak Jokowi, kontesi kemenangan itu akan terjadi”, tutupnya.